Kamis, 28 April 2016

Laporan Praktikum Morfologi Tumbuhan Daun

LAPORAN PRAKTIKUM I
BAGIAN-BAGIAN DAUN (FOLIUM)











Oleh :
Ending Permata (13222035)



Dosen Pembimbing :
Riri Novita Sunarti, M. Si.








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI  (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Daun adalah satu satu organ bagian dari tubuh tumbuhan. Secara umum, pada tumbuhan harus mempunyai daun, batang, dan akar. Daun sendiri merupakan organ bagian tumbuhan yang sangat penting, karena daun adalah tempat pengambilan zat-zat makanan terutama yang berupa zat gas (CO2), selain itu sebagai pengelolah zat-zat makanan, penguapan air dan pernafasan bagi tumbuhan itu sendiri. Di lihat dari segi fungsi, daun sangat penting bagi tumbuhan, karena jika tidak ada daun maka tumbuhan tersebut akan mati atau tidak akan tumbuh karena pada daun inilah terjadi proses fotosintesis dan lain sebagainya.
Daun merupakan organ yang amat beragam, baik dari segi morfologi maupun anatomi. Struktur jaringan pembuluh dalam tangkai dan tulang daun utama biasanya mirip dengan dalam batang. Ciri paling penting pada daun adalah bahwa pertumbuhan apeksnya segera terhenti. Pada beberapa tumbuhan paku, meristem tersebut tetap aktif selama waktu yang cukup lama. Pada paku lain, seperti Ophioglossum, dan pada Spermatiphyta, aktivitas meristem apeks daun segera terhenti, sementara bentuk and ukuran daun ditentukan oleh pertumbuhan interkalar dan marginal (Rosanti, 2011).
Istilah bagi seluruh daun pada tanaman adalah phyllom. Namun, dikenal juga istilah daun hijau, katafil, hipsofil, kotiledon (keping biji), profil dan lain-lain. Daun hijau berfungsi khusus untuk fotosintesis dan biasanya berbentuk pipih mendatar sehingga mudah memperoleh sinar matahari dan gas CO2. Katafil dalah sisik pada tunas atau pada batang di bawah tanah dan berfungsi sebagai pelindung atau tempat menyimpan cadangan makanan. Daun pertama pada cabang lateral disebut prophyll, pada monokotil hanya ada satu helai prophyll, pada dikotil ada dua helai. Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang mengiringi bunga dan berfungsi sebagai pelindung. Kadang-kadang hipsofil berwarna cerah dan berfungsi serupa dengan mahkota bunga. Kotiledon merupakan daun pertama pada tumbuhan (Rosanti, 2011).
Bila ditinjau dari jumlah helaian daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk. Bila setiap satu tangkai daun didukung oleh satu helaian daun, maka daun tersebut dinamakan daun tunggal. Bila dalam satu daun didukung oleh lebih dari satu helaian daun, maka daun tersebut dinamakan sebagai daun majemuk (Rosanti, 2011).
Tumbuhan yang tumbuh di dua macam habitat (lingkungan) yang berbeda sering menunjukkan struktur yang berbeda pula. Para ahli menganggap bahwa dalam evolusinya, struktur yang berbeda merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Namun, tumbuhan dengan struktur berbeda-beda, namun tampak menghuni habitat yang sama mungkin memiliki cara berbeda dalam menanggulangi kondisi yang mungkin tak menguntungkan dari lingkungannya itu. Dalam habitat yang kekurangan air, ada tumbuhan yang membentuk  sifat khusus untuk melindunginya terhadap hilangnya air, yang lain membentuk alat di bawah tanah untuk memperoleh air, atau memiliki akar yang mampu tumbuh amat dalam ke tanah untuk menyimpan air dan  yang lain lagi mengatur daur hidupnya sehingga hanya tumbuh pada kurun masa selama air tersedia. Akibat cara yang berbeda-beda dalam menanggulangi kekurangan air itu tumbuhan dapat mencapai taraf adaptasi yang sama dengan kombinasi sifat yang berbeda-beda (Rosanti, 2011).
Dengan adanya praktikum ini tentu banyak yang kita ketahui mengenai daun (folium), diantaranya adalah mengetahui pengertian daun, fungsi-fungsi daun untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis, macam-macam daun, bagian-bagian daun baik dari tangkai (petiolus), helaian (lamina) dan pelepah (vagina). Pada jenis-jenis daun yang diamati juga dapat diketahui mana daun lengkap dan mana daun yang tidak lengkap, pertulangan dari jenis-jenis daun tersebut dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, praktikum ini dilaksanakan agar semua praktikan dapat mengetahui tentang daun (folium) yang menjadi bahan praktikum.


B.            Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan praktikum yang telah dilakukan, yakni :
1.      Mahasiswa dapat mengetahui pengertian daun.
2.      Mahasiswa dapat mengenal dan membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian tumbuhannya.
3.      Mahasiswa dapat mengetahui struktur dan morfologi daun.
4.      Mahasiswa mengetahui tata letak daun.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.           Pengertian Daun (Folium)
Daun merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah pentingnya dengan akar. Daun dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau. Daun memiliki fungsi antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui fotosintesis. Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat transfortasi atau pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan. Dan, yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air) dan respirasi (pernapasan dan penukaran gas) (Rosanti, 2011).
Menurut Tjitrosoepomo (1985), daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Oleh karena itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan akhirnya menjadi perang. Jadi daun yang telah tua, kemudian mati dan runtuh dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang masih segar. Perbedaan warna ini kita lihat pula bila kita bandingkan warna antara daun yang masih muda dan daun yang sudah dewasa. Daun yang muda berwarna hijau mudah keputih-putihan, kadang-kadang jadi ungu atau kemerah-merahan. Sedangkan yang sudah dewasa biasanya berwarna hijau sungguh.
Daun yang runtuh selalu diganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru yang terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada tumbuhan yang semakin besar kita dapati jumlah daun yang semakin besar pula, sehingga suatu batang pohon nampak makin lama makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada waktu-waktu tertentu menggugurkan semua daunnya, sehingga tumbuhan dalam keadaan yang demikian tadi Nampak gundul dama sekali seperti tumbuhan yang mati. Peristiwa ini dapat kita lihat dalam musin kemarau oada jenis-jenis tumbuhan tertentu yang menjelang datangnya musim hijau membentuk tunas-tunas baru dan dalam musim hujan akan kelihatan hijau kembali. jenis-jenis tumbuhan yang mempunyai sifat demikian itu disebut tumbuhan meranggas (tropophyta) yang banyak pula kita jumpai di Indonesia, seperti misalnya: pohon jati (Trectona gransis L), kedondong (Spondias dulcis Forsrt), kapok randu (Ceiba pentandra Gaertn), pohon para (Hevea brasiliensis Muell), dan lain-lain lagi (Tjitrosoepomo, 1985).

B.            Morfologi Daun (Folium).
Daun dalam arti luas sangat bervariasi, baik strukturnya maupun fungsinya. Helaian daun biasanya menunjukkan spesialisasi sebagai organ fotosintesis dengan bentuk melebar yang disebut lamina. Lembaran daun melekat pada batang dengan adanya tangkai daun (petiole), atau ada pula daun yang tek bertangkai (daun sesil). Apabila dasar daun sesil atau daun bertangkai meliputi batang, maka dikatakan daun berpelepah. Tumbuhan yang mempunyai nodus multilakunae, karakteristik mempunyai pelepah. Penonjolan dasar daun disebut stipula, sering terdapat pada daun yang berasosiasi dengan nodus trilakunar. Daun sederhana mempunyai satu helai daun, daun majemuk mempunyai dua atau lebih anak daun, biasanya melekat pada sumbu yang disebut rakis. Anak daun ada pula yang majemuk (Suradinata, 1998).
Menurut Tjitrosoepomo (1985), bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau, dan duduknya pada batang yang menghadap ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk :
1.             Pengambilan zat-zat makanan (reasorbsi), terutama yang berupa zat gas (CO2),
2.             Pengolahan zat-zat makanan (asimilasi)
3.             Penguapan air (transpirasi)
4.             Pernafasan (resfirasi)
Tumbuhan mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang diambil (diserap) tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air beserta garam-garam diambil dari tanah oleh akar tumbuhan. Sedang gas asamarang (CO2) yang merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah yang halus yang disebut mulut daun (stoma) masuk ke dalam daun. Zat-zat itu belum sesuai dengan keperluan tumbuhan, oleh sebab itu harus diubah, diolah dijadikan zat-zat organik yang sesuai dengan kepentingan tumbuhan, pengolahan zat anorganik menjadi zat organic ini dilakukan oleh daun (sesungguhnya zat hijau daun atau klorofil-nya) dengan bantuan sinar matahari. Pekerjaan ini disebut asimilasi, jadi daun dapat disamakan dengan dapur bagi tumbuhan. Misalnya gas asam arang yang berasal dari udara dengan air yang berasal dari tanah di dalam daun diubah menjadi zat gula, dan zat-zat organic yang terbuka di dalam daun seterusnya diangkut ke tempat-tempat dalam tubuh tumbuhan yang memerlukan atau diangkut ke tempat-tempat penimbunan dan di situ merupakan zat makanan cadangan. Karena untuk tugas daun ini diperlukan bantuan sinar matahari, maka daun bentuknya pipih lebar dan selalu menghadap keatas untuk dapat menangkap sinar matahari sebanyak-banyaknya (Tjitrosoepomo, 1985).
Macam daun lainnya adalah kotiledon, merupakan daun pertama pada tumbuhan dan katafil (‘cataphyll’). Katafil merupakan braktea untuk proteksi dan untuk penyimpanan atau sebagai sisik. Katafil lebih sederhana dari daun biasa dalam bentuk dan histologinya. Braktea pertama pada pucuk (tunas) lateral disebut profil (‘prophyll’) (Hidayat, 1995).
Walalupun tumbuhan selalu memerlukan air untuk berbagai macam keperluan hidupnya, adanya penguapan air tak dapat dihindarkan lagi pula penguapan air yang terjadi pada tumbuhan itu memang penting pula baginya. Penguapan air melalui daun menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah itu di dalam tubuh tumbuhan dalam keadaan bergerak, mengalir dari bawah ke atas. Hal ini penting sekali artinya bagi pengangkutan zat-zat makanan yang biasanya terdapat dalam bentuk larutan dan oleh arus air dari bawah ke atas itu zat-zat tadi dapat dampai di daun untuk diubah menjadi zat-at organik. Demikian pentingnya adanya arus air, dalam tubuh tumbuhan itu, sehingga kalau udara misalnya udara tempat tumbuhan itu terdapat telah jenuh dengan uap air tumbuhan lalu mengeluarkan air dalam bentuk zat cair sehingga dengan demikian dalam tubuh tumbuhan tetap ada aliran air dari bawah ke atas. Peristiwa itu dapat kita lihat pada pagi hari dalam musin hujan, misalnya pada tanaman keladi atau talas yang mencucurkan air ke tanah melalui suatu liang yang terdapat pada ujung daunnya. Keluarnya air dalam bentuk tetes-tetes ini dinamakan penetesan air atau gutasi (Tjitrosoepomo, 1985).
Daun Angiospermae amat beragam struktur anatomi dan morfologinya. Pada sebagian besar Angiospermae dapat dibedakan dasar daun, tangkai daun, dan helai daun. Bentuk, struktur, dan ukuran ketiga bagian tersebut berguna dalam menentukan klasifikasi daun. Di dasar daun dikotil sering terdapat tonjolan yang disebut daun penumpu atau stipula. Pasokan jaringan pembuluh bagi stipula sebagai pelindung. Pada kebanyakan monokotil dan beberapa dikotil, stipula tumbuh mengelilingi batang menjadi pelepah yang mengelilingi batang. Pada Graminaea, di tempat pertemuan antara pelepah dengan helaian daun terdapat tonjolan tipis, bening, dan berambut, dinamakan ligula. Pada beberapa Palmae, seperti enau (Arenga pinnata), ligula amat besar berbentuk tabung yang menyelubungi daun muda yang belum kokoh. Biasanya ada hubungan antara anatomi buku dan stipula pada dikotil atau pelepah pada monokotil. Kebanyakan tumbuhan yang memiliki buku (nodus) trilakuna juga memiliki stipula, sedangkan yang bukunya bersifat multilakuna memiliki dasar daun berupa pelepah (Hidayat, 1995).

C.           Bagian-bagian Daun (Folium).
Daun lengkap mempunyai bagian-bagian berikut (Tjitrosoepomo, 1985) :
1.             Upih daun atau pelepah daun (vagina).
Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledonae) saja, suku rumput (Gramineae), suku empon-empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma (Palmae), dan lain-lain. Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang juga mempunyai fungsi lain, yaitu (Tjitrosoepomo, 1985) :
a.             Sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L).
b.             Member kekuatan pada batang tamanam.
2.             Tangkai daun (petiolus).
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannnya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedekimian rupa, hingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pasa satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda.
3.             Helaian daun (lamina).
Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun yang helainnya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menemukan dua jenis tumbuh-tumbuhan yang helaian daunnya persis dama bentuk dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun tidak besar nilainya terutana dalam hal yang meragukan, sering orang membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal (Tjitrosoepomo, 1985).
Sifat-sifat daun yang perlu mendapat perhatian kita ialah (Tjitrosoepomo, 1985):
1)            Bangunnya (sesungguhnya bangun helaiannya (circumscriptio)), Ujungnya (apex),
Gambar 1. Bangun daun
 (Sumber : Warnita dkk, 2012)

Keterangan (Warnita dkk, 2012) :
a.              Bulat. Contoh : teratai besar
b.             Perisai. Contoh : jarak
c.              Jorong. Contoh : nangka.
d.             Memanjang. Contoh sirsak.
e.              Lanset. Contoh : kamboja.

2)            Pangkalnya (basis),
Dibedakan atas 2 :
1.             pangkal daun tidak bertoreh
Gambar 2. Pangkal daun tidak bertoreh
(Sumber : Warnita dkk, 2012)
2.             Pangkal Daun Bertoreh/Berlekuk.
Gambar 3. Pangkal daun bertoreh
(Sumber : Warnita dkk, 2012)

a)             Susunan tulang-tulangnya (nervatio atau venation),
Gambar 4. Susunan tulang-tulang daun
(Sumber : Warnita dkk, 2012)

b)            Tepinya (margo),
1)             Tepi daun bagian bawah yang terpisah oleh pangkal ibu tulang.
Gambar 5. Tepi daun bagian bawah yang terpisah pangkal ibu tulang
(Sumber : Warnita dkk, 2012)


2)             Tepi daun bagian bawah yang bertemu dan berdekatan.
Gambar 6. Tepi daun bagian bawah bertemu dan berdekatan
(Sumber : Warnita dkk, 2012)

3)             Tepi daun berlekuk, bercangap dan berbagi, dibedakan atas :
Gambar 7. Tepi daun berlekuk
(Sumber : Warnita dkk, 2012)

c)             Daging daunnya (intervenium).
d)            Dan sifat-sifat lain lagi, misalnya : keadaan permukaan atas maupun bawahnya (gundul, berambut, atau lainnya), warna dan lain-lain (Tjitrosoepomo, 1985.)
Daun lengkap dapat kita jumpai pada beberapa macam tumbuhan misalnya, pohon pisang (Musa paradisiacal L), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa sp), dan lain-lain. Tumbuhan yang mempunyai daun yang lengkap tidak begitu banyak jumlah jenisnya. Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian di atas. Daun yang demikian dinamakan daun tidak lengkap. Mengenal susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa kemungkinan (Tjitrosoepomo, 1985) :
a.              Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun bertangkai. Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar tumbuhan mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya : nangka (Artocarpus integra Merr), mangga (Mangifera indica L), dan lain-lain.
b.             Daun terdiri atas upih dan helaian daun yang  demikian ini disebut daun berupih atau daun berpelepah seperti lazim kita dapati pada tumbuhan yang tergolong suku tumput, misalnya : pada (Oryza sativa L), jagung (Zea mays L) dan lain-lain.
c.              Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun duduk (sessilis) seperti dapat kita lihat pada buduri (Calptropis gigantean R.Br). daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang. Oleg sebab itu juga dinamakan daun memeluk batang, (amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung (Sorichus oleraceus L). bagian samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut telinga daun.
d.             Daun hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalau menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun. Jadi merupakan suatu helaian daun semu atau palsu, dinamakan : filodia, seperti terdapat pada berbagai jenis pohon Aracia yang berasal dari Australia, misalnya : Acacia auriculiformis A. Cunn (Tjitrosoepomo, 1985.)
Selain bagian-bagian tersebut dan kemungkinan lengkap atau tidaknya bagian-bagian tadi, daun pada suatu tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap, antara lain berupa (Tjitrosoepomo, 1985) :
1.             Daun penumpu (stipula), yang biasanya berupa dua helai lembaran serupa daun yang kecil, yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai daun dan umumnya berguna untuk melindungi kuncup yang masih muda.  Ada kalanya daun penumpu itu besar dan lebar seperti daun biada dan berguna pula sebagai alat untuk beramilasi seperti terdapat pada kacang kapri (Pisum sativum L). daun penumpu ada yang mudah sekali gugur seperti misalnya pada pohon nangka (Artocarpus integra Merr), tetapi ada pulayang tinggal lama dan baru gugur bersama-sama daunnya misalnya pada mawar (Rose sp). Menurut letaknya daun penumpu dapat dibedakan dalam (Tjitrosoepomo, 1985):
a.             Daun penumpu yang bebas terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae) terdapat misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L).
b.             Aun penumpu yang melekat pada kanan kiri pangkal tangkai daun (stipulae adnatae) pada mawar (Rosa sp).
c.             Daun penumpu yang berlekatan menajdi satu dan mengambil tempat di dalam ketiak daun (stipula axillaris atau stipula intrapetiolaris).
d.            Daun penumpu yang berlekatan menjadi satu yang mengambil tempat berhadapan dengan tangkai daun dan biasanya agak lebar hingga melingkari batang (stipula petiole opposite atau stipula antidroma).
e.             Daun penumpu yang berlekatan dan mengambil tempat di antara dua tangkai daun seperti seringkali terjadi pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk berhadapan, misalnya pada pohon mengkudu (Morinda citrifolia L). Daun penumpu antar tangkai (stipula interpolaris).
2.             Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa selaput tipis yang menyelubungi pangkal suatu ruas batang. Jadi, terdapat di atas suatu tangkai daun. Selaput bumbung dianggap sebagai daun penumpu yang kedua sisinya saling berdekatan dan melingkari batang, terdapat antara lain pada Plygonum sp.
3.             Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang biasanya terdapat pada batas antara upih dan helaian daun pada rumput (Graminaeae). Alat ini berguna untuk mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun sehingga kemungkinan pembusukan dapat dihindarkan (Tjitrosoepomo, 1985).

D.           Struktur Daun (Folium)
Bila kita mengamati satu helai daun, akan terlihat struktur (bagian-bagian) daun yaitu tangkai daun dengan nama ilmiah petiolus, helaian daun dengan nama ilmiahnya lamina dan kadang-kadang ditemukan pelepah atau upih daun dengan nama ilmiahnya vagina. Menurut Rosanti (2011) ada dua struktur daun :
1.             Daun Tunggal (Folium simplex).
Tumbuhan monokotil (Monocotyledonae) biasanya memiliki daun lengkap, misalnya keladi (Caladium sp), temulawak (Curcuma xanthorrhiza), lengkuas (Alpinia galangal), kelapa (Cocos nucifera) dan lain-lain.
Gambar 8. Daun lengkap
 (Sumber : Rosianti, 2011)
Helaian daun berfungsi sebagai tempat terjadinya fotosintesis, respirasi ataupun transpirasi. Besar kecilnya helaian daun merupakan adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya yang berhubungan dengan proses transpirasi, agar tumbuhan tidak kehilangan air. Helaian memiliki warna, bentuk dan ukuran yang beragam yang merupakan cirri utama dalam mengenal suatu tumbuhan. Pelepah/upih memiliki fungsi sebagai pelindung juncup yang masih muda dan member kekuatan pada batang tumbuhan (Rosanti, 2011).
a.             Bangun daun (cirsumscriptio).
Bangun aun merupakan bentuk helaian dau secara keseluruhan.


1)             Bagian terlebar di tengah helaian daun.
Bila letak tangkai daun berada di tengah-tengah helaian daun, bukan tumbuh dari pangkal daun, maka daun tersebut dikatakan berbentuk perisai (peltatus). Misalnya daun kuping gajah dan keladi.
2)             Bagian terlebar di bawah helaian daun.
Untuk menentukan bangun daun yang berada di bawah daun, perlu juga dilihat pangkal daunnya, apakah berlekuk atau tidak. Untuk pangkal daun yang tidak berlekuk, bangun daun dibedakan menjadi bulat telur (ovatus), contohnya daun kembang sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), bangun segitiga (triangularis), berbentuk segitiga sama kaki, contohnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa), bangun delta (deltoideus), berbentuk segitiga sama sisi, contohnya air mata pengantin (Antigonom leptopus) dan bangun belah ketupat (rhomboidues), contohnya adalah bengkuang (Pachyrhizuz erosus).
3)             Tidak ada bagian yang terlebar.
             Bangun daun seperti ini biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan berdaun sempit, sehingga bangun daun dapat dibedakan menjadi :
a)               Berbangun garis (linearis), pada jenis rumput-rumputan.
Gambar 9. Daun berbangun garis pada Cryperus papyrus (Sumber : Rosanti, 2011)

b)              Berbangun pita (ligutatus).
Gambar 10. Daun berbangun pita pada serai
(Sumber : Rosanti,  2011)

c)               Berbangun pedang (ensiformis).
Gambar 11. Daun berbangun pedang pada Sanseviearia trifasciata
                                               (Sumber : Rosanti, 2011)          


d)              Berbangun paku (subulatus).
Gambar 12. Daun berbangun paku pada Araucaria heterophylla
(Sumber : Rosanti, 2011)

e)               Berbangun jarum (acerosus).
Gambar 13. Daun berbangun jarum pada Picea glauca
 (Sumber : Rosanti, 2011)

b.             Pangkal daun (basis folii).
Pangkal daun adalah bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang terdapat di kiri aknan tangkai daun, baik berletakan atau tidak dapat dibedakan menajdi sedikitnya 6 macam, yaitu (Rosanti, 2011) :
1)             Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun memanjang, lanset dan belah ketupat.
2)             Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
3)             Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun bulat telur.
4)             Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat telur dan jorong.
5)             Romping/rata (truncates), terdapat pada bangun segitiga, delta dan tombak.
6)             Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun jantung, ginjal, dan anak panah.
Gambar 14. Pangkal daun runcing (a), meruncing (b), tumpul (c), membulat (d), romping (e) dan berlekuk (f).
(Sumber : Rosanti, 2011)
c.             Ujung daun (apex folii).
Ujung daun merupakan bagian puncak daun, dimana letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun memiliki bentuk yang beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan dikenal sedikitnya 7 bentuk daun, yaitu (Rosanti, 2011):
1)             Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan menyempit di kiri dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang lebih 90o.
2)             Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung runcing, namaun titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi memiliki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung tersebut.
3)             Tumpul (obtusus). Untuk menentukan ujung daun tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat dari jarak tepi daun yang jauh dari ibu tulang daun.
4)             Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk sudut sama sekali, contoh bunga teratai (Neulumbo sp).
5)             Rompang/rata (truncates).ujung daun seperti garis.
6)             Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan suatu lekukan.
7)             Berduri (mucronatus). Ujung daun ditutupi oleh duri.
Gambar 15. Ujung daun yang berbentuk runcing (a), meruncing (b), tumpul (c), membulat (d), romping (e), terbelah (f) dan berduri (g).
(Sumber : Rosanti, 2011).

d.            Tepi daun (margo folii).
Tepi daun hanya dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata disebut tepi daun yang bertoreh (divisus) atau berlekuk. Contoh daun bertepi rata adalah sirih, keladi, kamboja, oleander, nangka, lidah mertua, mangga, rambutan, cabe dan sebagainya. Torehan atau lekukan pada helaian daun bermacam-macam. Torehan daun bersifat dua macam. Torehan lainnya dapat menyebabkan hilangnya bentuk asli daun, karena daun mengalami lekukan yang banyak akibat torehan-torehannya. Lekukan daun disebut sebagai sinus, sedangkan tepi daun yang menonjol keluar akibat torehan tersebut disebut sebagai angulus (Rosanti, 2011).

e.             Daging daun (intervenium).
Daging daun merupakan isi dari daun. Bila dilihat secara mikroksopik daun terdiri dari sel-sel yang membentuk berbagai jarignan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun, yang dibatasi oleh permukaan atas dan bawah daun. Daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang bedaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan menjadi (Rosanti, 2011) :
1)             Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini mudah sekalo robek Karena berbentuk seperti sayap capung.
2)             Tipis seperti kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini umum dijempai pada kebanyakan tumbuhan.
3)             Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.
4)             Kaku (perkamenteus). Daing daun yang kaku umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan dibentuk apapun.
5)             Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku dank eras tetapi tidak berair.
6)             Berdaging (carnosus). Struktur daging buah ini sangat tebal dan mengandung air, misalnya pda lidah buaya, cocor bebek, amarilis dan sebagainya.

f.              Pertulangan daun (nervetio).
Tulang dau merupakan struktur penguat helaian daun, sama fungsinya dengan tulang manusia yang member kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun merupakan jaringan pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil fotosintesis dari akar dan batang serta menuju batang dan akar.
Struktur tulang daun terdiri atas ibu tulang daun (costa), tulang cabang (nervus lateralis) dan urat daun (vena). Keberadaan tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daun dapat menentukan system pertulangan daun. Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daunnya, sistem petulangan daun dibedakan menjadi :
1)             Bertulang menyirip (pennivervis).
Gambar 16. Struktur tulang daun bertulang menyirip (penninervis)
(Sumber : Rosanti, 2011)




2)             Bertulang menjari (palminervis).
Gambar 17. Daun bertulang menjari (palmanervis)
(Sumber : Rosanti, 2011)
3)             Bertulang melengkung (cervinervis).
Gambar 18. Daun bertulang melengkung (cervinervisi)
(Sumber : Rosanti, 2011)

4)             Bertulang lurus/sejajar (rectinervis).
Gambar 19. Daun bertulang sejajar (rectinervisi)
(Sumber : Rosanti, 2011)

Pada umumnya, daun berwarna hijau. Namun, tidak jarang dijumpai daun dengan warna yang berbeda, seperti merah pada andong, buntut bajing (Acalypha wilkesiana), keladi (Caladium sp) dan aglonema (Aglaonema sp). Ada juga yang memiliki warna campuran seperti hijau bercampur merah pada puring (Codiaeum variegatum), hijau keputihan pada beberapa jenis keladi, hijau kekuningan pada beberapa jenis lidah mertua (Sansevieria sp) (Rosanti, 2011).
Warna pada daun disebabkan kandungan klorofil pada daun. Pada beberapa tanaman hias, warna pada daun merupakan hasil persilangan gen. semakin banyak paduan warna yang dihasilkan, maka semakin tinggi nilai jualnya. Para pebisnis tanaman hias memanfaatkan ilmu genetika dan kultur jaringan untuk menghasilkan warna daun yang unik dengan berbagai corak.

g.             Permukaan daun.
Permukaan daun dapat ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu (Rosanti, 2011):
1)             Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat mengkilat atau berlapis lilin.
2)             Gundul (glaber), bila tidak ditemukan struktur apapun pada permukaaan daun.
3)             Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada permukaan daun.
4)             Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada permukaan daun.
5)             Bersisik (lepides), terdapat struktur sisik mengkilat di permukaan daun.



2.             Daun Majemuk (Folium compositum).
a.             Daun manjemuk menyirip (pinnatus).
Sesuai dengan konsep ‘menyirip’ daun majemuk menyirip memiliki anak-anaka daun yang tersusun di kiri kanan ibu tangkai daun (petiolus commonis). Biasanya daun-daun majemuk menyirip memiliki ukuran anak daun yang kecil.
Gambar 21. Daun majemuk menyirip pada meniran (kiri) dan asam (kanan)
 (Sumber : Rosanti, 2011)

 Pada daun majemuk menyirip genap, anak-anak daun tersusun dalam jumlah genap di kiri kanan ibu tangkai daun, sehingga tersusun secara berpasangan. Ciri lain untuk daun majemuk yang memiliki jumlah anak daun sangat banyak dapat dilihat pada ujung ibu tangkai daun. Bila pada ujung ibu tangkai daun terputus, maka dapat dipastikan bahwa daun tersebut merupakan daun majemuk menyirip genap. Contohnya dapat dilihat pada daun asam (Tamarindus indica), ketepeng ( Casia tora), lamtoro (Leucaena glauca) dan sebagainya (Rosanti, 2011).
Gambar 22. Daun majemuk menyirip genap pada daun lamtoro
(Sumber : Rosanti, 2011)
Pada daun majemuk menyirip ganjil, anak-anak daun tersusun dalam jumlah ganjil di kiri kanan ibu tangkai daun, sehingga tersusun tidak berpasangan. Ciri lain untuk jumlah anka-anak daun sangat banyak dan tidak bisa dihitung dapat diliaht pada ujung ibu tangkai daun. Bila pada ibu tangkai daun tidak terputus dan ditemukan satu anak daun, maka dapat dipastikan bahwa daun tersrbut merupakan daun majemuk menyirip ganjil. Contohnya dapat dilihat pada daun belimbing (Averrhoa belimbi), mawar (Rosa sp), katuk (Saoropus androgynus), angsana (Pterocarpus indicus), ceremai (Phyllanthus acidus) dan sebagainya (Rosanti, 2011).
Gambar 23. Daun majemuk menyirip ganjil
(Sumber : Rosanti, 2011)


b.             Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus).
Daun majemuk menjari dapat dibedakan berdasarkan jumlah anak-anak daunnya. Jika anak daun berjumlah dua, maka daun majemuk seperti ini dinamakan daun majemuk menjari beranak daun dua (bifolioatus), dimana pada ujung ibu tangkai daun terdapat dua anak daun, misalnya daun nam-nam (Crynomerta cauliflora L) (Rosanti, 2011).
Gambar 24. Daun majemuk menjari beranak dua pada Cynometra cauliflora
(Sumber : Rosanti, 2011)

c.             Daun majemuk bangun kaki (pedatus).
Susunan daun majemuk bangun kaki hampir sama dengan susunan daun majemuk menjari. Perbedaan dapat dilihat pada dua anak daun terakhir, yang biasanya terletak di dekat ibu tangkai daun, tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang disampingnya. Sehingga seolah-olah memiliki kaki yang menunjang daun disampingnya. Daun majemuk bangun kaki biasanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan dari familia Araceae, seperti daun rasberi (Rubus sp), arisema (Arisaema filiforme) (Rosanti, 2011).
d.            Daun majemuk campuran (digitatopinnatus).
Struktur daun majemuk ini merupakan perpaduan dari daun majemuk menjadri dan daun majemuk menyirip. Pada ujung ibu tangkai daun tersusun cabang-cabang yang terpencar seperti jari. Pada cabang-cabang tersebut duduk anak-anak daun yang tersusun menyirip. Karena itulah daun majemuk seperti ini disebut sebagai daun majemuk campuran. Contoh tumbuhan yang memiliki daun majemuk seperti ini adalah daun putri malu (Mimosa pudica) (Rosanti, 2011).


E.       Tata Letak Daun (Folium).
1.             Letak Daun pada Batang.
Tangkai daun, baik pada daun tunggal maupun daun majemuk melekat pada batang atau cabang-cabang batang. Pada batang terdapat buku-buku batang (nodus), dan bagian ini seringkali nampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar dan melingkari batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita lihat jelas pada tumbuhan monokotil, terutama dari jenis rumput atau familia Poaceae, seperti bamboo (Bambusa sp), tebu (Saccharum officinarum L). pada tumbuhan dikotil, buku batang tidak terlihat jelas, melainkan hanya berbentuk seperti tonjolan pada batang. Pada buku batang inilah daun-daun melekat. Bagian batang antara dua buku-buku dinamakan ruas (internodus) (Rosanti, 2011).
Duduknya daun ada batang dikenal dengan istilah phyllotaxis. Biasanya satu tangkai daun duduk pada satu buku daun. Namun pada beberapa tumbuhan, daun-daun duduk berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada pangkal batang atau pada ujungnya. Meskipun demikian, secara umum daun duduk pada batang secara terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Tatak letak daun pada batang memiliki tiga pola. Pola pertama yaitu pada satu buku batang hanya duduk satu tangkai daun. Pola kedua, pada satu buku batang duduk dua tangkai daun. Pola ketiga, pada satu buku batang duduk tida atau lebih tangkai daun. Berdasarkan ketiga pola tersebut, dapat ditentukan jenis-jenis phyllotaxis tumbuhan (Rosanti, 2011).

2.        Jenis-jenis Phyllotaxis.
Jenis-jenis phyllotaxis ditentukan dari pola duduknya daun pada buku batang, seperti yang telah dijelaskan di atas. Berdasarkan pola duduknya daun, phyllotaxis dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : folia sparsa, folia opposite, dan folia verticillata (Rosanti, 2011).


1.             Folia Sparsa.
Pada pola pertama, dimana pada satu buku batang duduk hanya satu tangkai daun, maka pola seperti ini dikenal sebagai pola duduk daun tersebar (folia sparsa). Biasanya daun tersusun berselang-seling. Susunan tangkai daun dapat berselang-seling teratur atau tidak teratur. Pada prinsipnya, pada setiap satu buku hanya ada satu tangkai daun. Hampir semua tumbuhan memiliki duduk daun yang mengikuti pola ini. Tumbuhan yang tergolong folia sparsa antara lain andong (Cordyline fruitcosa), alang-alang (Imperata cylindrica), jagung (Zea mays), rumput-rumputan dan berbagai jenis tumbuhan dari kelas Monocotyledoneae, jarak (Ricinus sommunis), mangga (Mangifera indica) dan sebagainya (Rosanti, 2011).
2.             Folia Opposite.
Pada pola kedua, setiap buku daun diduduki dua tangkai daun. Pada pola ini daun duduk berpasang-pasangan atau berhadap-hadapan sehingga disebut juga folia opposite. Contoh folia opposite dapat ditemukan pada beberapa jenis tumbuhan bakau seperti api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora mucronata), tunjang (Xylocarpus mekongensis), dan beberapa jenis tumbuhan suku jambu-jambuan (familia Myrtaceae) seperti salam (Syzygium polyanthum), jambu air (Eugula aquatica), jambu biji (Psidium guajava), dan sebagainya. Yang harus diperhatikan dalam menentukan folia opposite adalah duduk daunya pada batang, karena beberapa daun majemuk menyirip berdaun lebar kadang-kadang terlihat seperti folia opposite (Rosanti, 2011).
3.             Folia Verticillata.
Pada pola yang ketiga, pada setiapp buku daun terdapat tiga atau lebih daun yang duduk disana. Pola seperti ini dikenal sebagai daun yang berkarang yang disebut folia verticillata. Pada beberapa buku determinansi tumbuhan, pola berkarang sering disebut sebagai karangan daun. Contoh daun berkarang dengan tiga daun pada satu bukunya dapat ditemukan pada kaca piring (Gardenia augusta), oleander (Nerium oleander) dan lain-lain. Sedangkan tumbuhan berkarang dengan lebih dari tiga daun pada satu bukunya dapat ditemukan pada alamanda (Allamanda cathartica), pilai (Alstonia schoralis) dan lain-lain (Rosanti, 2011).

F.            Rumus Daun (Folium).
Pada perjalanan melingkar sampai tercapainya daun yang tegal lurus atau daun telah berapa pada ortostik, beberapa daun dilewati dalam jumlah tertentu, setiap sampai pada ortostik daun. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun yang dilewati selama itu adalah Y, maka perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan X/Y (Rosanti, 2011).
Berdasarkan pecahan X/Y dapat dicari besarnya sudut antara dua daun. Pecahan X/Y  dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½. 1/3. ¼, 2/8, 3/8 san seterusnya. Angka-angka yang membentuk pecahan-pecahan tadi dikenal dengan Deret Fibonacci. Deret Fibonacci merupakan rumus daun. Pada tumbuhan-tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun yang demikian dapat pula diperhatikan adanya ostostik-ostostik yang menghubungkan daun-daun yang tegak lurus satu sama lainnya (Rosanti, 2011).

G.           Diagram Daun (Folium).
Dalam membuat diagram daun, harus diketahui dulu rumus daunnya. Daun-daunnya digambar sebagai penampang melintang helai daun yang diperkecil, jadi sebagai suatu setitiga dengan dasar lebar yang terlentang dengan dasarnya yang lebar tadi menghadap ke atas. Jika misalkan digambarkan tata letak dayn menurut rumus 2/5, langkah pertama yang harus dilakukan adalah menggambar lima ortostiknya. Daun-daun pada setiap bukunya satu sama lain berjarak 2/5 lingkaran. Maka garis spiral genetic akan melewati lima daun selama melingkari batang dua kali (Rosanti, 2012).
Untuk membuat diagram daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang, dengan buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Jika diproyeksikan pada suatu bidang datar, maka buku-buku batang akan menjadi lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak batang akan merupakan titik pusat semua lingkaran tadi (Rosanti, 2011).
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.           Waktu dan Tempat Praktikum
Praktikum bagian-bagian daun ini dilaksanakan pada hari Senin, 3 November 2014 pukul 10.30 WIB–12.10 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

B.            Alat dan Bahan Praktikum
a.             Alat Praktikum
a.         Lup.
b.        Mikroskop binokuler.
c.         Pensil warna.
d.        Mistar.
e.         Buku gambar.

b.             Bahan Praktikum
a.         Daun bambu (Bambusa sp).
b.        Daun jagung (Zea mays L).
c.         Daun cemara kipas (Casuarinas aquisetifolia).
d.        Daun bawang (Alium vitucolum).
e.         Daun kelapa (Cocos nucifera).
f.         Talas pelangi (Cucus sp).
g.        Solanum lycopersicum (daun terong).
h.        Hibiscus rosa-sinensis (daun bunga sepatu).
i.          Telor kodok.
j.          Eforbia (Eusorbia sp).
`
C.           Cara Kerja
a.         Mula-mula daun bambu, jagung, cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, talas pelangi, Solanum lycopersicum, Rosa sinensis, telor kodok, dan eforbia kita amati terlebih dahulu. Lalu kita dibandingkan bagian-bagian dari semua jenis daun tersebut.
b.        Setelah itu kita gambar daun-daun tersebut dan menunjukan bagian vagina, pteiolus, dan lamina.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.           Hasil Pengamatan
No.
Gambar Hasil Praktikum
Keterangan
1
Daun Cemara Kipas (Casuarina aquisetifolia)







1.      Apeks (ujung daun)
2.      Helaian (lamina)
3.      Tangkai (petiolus)
                     
2
Daun Kelapa (Cocos nucifera)








1.      Apeks (ujung daun)
2.      Pelepah (vagina)
3
Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)








1.      Tangkai (petiolus)
2.      Helaian (lamina)
3.      Apeks (ujung daun)
4
Eforbia (Eusorbia sp)







1.      Apeks (ujung daun)
2.      Tangkai (petiolus)
3.      Helaian (lamina)
5
Daun terong (Solanum lycopersicum)



1.      Helaian (lamina)
2.      Apeks (ujung daun)
3.      Tangkai (petiolus)
6
Daun jagung (Zea mays L)
1.      Apeks (ujung daun)
2.      Helaian (lamina)
3.      Pelepah (vagina)
7
Daun Bambu (Bambusa sp)







1.      Pelepah (vagina)
2.      Tangkai (petiolus)
8
Daun Bawang (Allium vitucolum)









1.      Helaian (lamina)
2.      Pelepah (vagina)
9
Daun Talas Pelangi (Caladium sp)









1.      Tangkai (petiolus)
2.      Tulang daun (nervatio)
3.      Helaian (lamina)

B.            Pembahasan
Berdasarkan tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, daun yang digunakan sebagai bahan dalam praktikum Bagian-bagian daun (Folium) ini menggunakan beberapa jenis daun yang dapat digolongkan mana daun tunggal (Folium simplex) dan daun majemuk (Folium compositum). Dari beberapa jenis daun tersebut dapat diketahui bahwa daun majemuk, antara lain : Daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia), daun kelapa (Cocos nucifera) dan daun bambu (Bambusa sp). Sedangkan daun tunggal, antara lain : daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum lycopersicum), daun jagung (Zea mays L), daun bawang (Amilum vitucolum) dan daun talas pelangi (Caladium sp).
Pada daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia) memiliki bangun 120 : 5 cm, kelengkapan bertangkai, ujung daun runcing, tepinya bertoreh, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau kekuningan, daging daun bertulang, permukaannya bersisik, jumlahnya adalah majemuk dan pertulangan menjari. Pada daun kelapa (Cocos nucifera), memiliki bangun 40 : 2 cm (lanset), kelengkapannya berupih, ujung daunnya meruncing, tepi daunnya rata, pangkal daunnya romping, warna daunnya hijau tua, daging daunnya perkamen, permukaannya licin, jumlah daunnya majemuk dan pertulangan sejajar. Pada daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), mempunyai bangun daun 6 : 3 cm (jorong), kelengkapan bertangkai, ujung daunnya meruncing, tepinya bertoreh, pangkal daunnya membulat, warna daunnya hijau muda, daging daunnya tipis seperti kertas, permukaannya licin, jumlah daunnya tunggal, dan pertulangannya menjari.
Pada daun eforbia (Eusorbia sp), mempunyai bangun 13 : 5 cm (memanjang), kelengkapan bertangkai, ujung daunnya membulat, tepinya rata, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau tua, daging daunnya berdaging, permukaannya licin, jumlahnya tunggal dan pertulangannya sejajar. Pada daun terong (Solanum lycopersicum), mempunyai bangun 12 : 8 cm (jorong), kelengkapannya bertangkai, ujung daunnya meruncing, tepinya bertoreh, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau tua, daging daunnya tipis seperti kertas, permukaannya berbulu kasar, jumlah daunnya tunggal dan pertulangannya menyirip. Pada daun jagung (Zea mays L), mempunyai bangun 24 : 1 cm (lanset), kelengkapan berupih, ujung daunnya runcing, tepinya rata, pangkal daunnya rompang, warna daunnya hijau tua, daging daunnya perkamen, permukaannya gundul, jumlahnya tunggal dan pertulangan sejajar.
Pada daun bambu (Bambusa sp), bangunnya 8,5 : 1 (lanset), kelengkapan bertangkai, ujung daunnya runcing, tepinya rata, pangkal daunnya membulat, warna daunnya hijau tua, permukaannya berbulu, daging daunnya tipis seperti kertas, jumlah daunnya majemuk dan pertulangannya sejajar. Pada daun bawang merah (Alium vitucolum), mempunyai bangun 30 : 2 cm (lanset), kelengkapannya berupih, ujung daunnya runcing, tepinya rata, pangkal daunnya kerompang, permukaannya hijau kekuningan, daging daunnya tipis seperti selaput, permukaannya licin, jumlah daunnya tunggal dan pertulangannya sejajar. Dan yang terakhir adalah daun talas pelangi (Caladium sp) , mempunyai bangun 18 : 9 cm (perisai), ini merupakan daun lengkap, ujung daunnya meruncing, tepinya rata, pangkal daunnya berukuk, warna daunnya merah berbintik putih bertepi hijau, daging daunnya tebal berair, permukaannya licin, jumlah daunnya tunggal dan pertulangannya sejajar.
Menurut Tjitrosoepomo (1985), daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang, dan tempat di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun (axilla). Daun biasanya tipis melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Oleh karena itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh tumbuhan ini mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada batang.
Daun lengkap mempunyai bagian-bagian berikut  (Rosanti, 2011):
1.             Upih daun atau pelepah daun (vagina).
Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledonae) saja, suku rumput (Gramineae), suku empon-empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma (Palmae), dan lain-lain. Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk batang juga mempunyai fungsi lain, sebagai pelindung kuncup yang masih muda, seperti pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) dan memberi kekuatan pada batang tanaman.

2.             Tangkai daun (petiolus).
Tangkai daun merupakan bagian daun yang mendukung helaiannnya dan bertugas untuk menempatkan helaian daun tadi pada posisi sedekimian rupa, hingga dapat memperoleh cahaya matahari yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pasa satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat berbeda.
3.             Helaian daun (lamina).
Tumbuhan yang demikian banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun yang helainnya berbeda-beda pula, baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menemukan dua jenis tumbuh-tumbuhan yang helaian daunnya persis dama bentuk dan warnanya. Oleh sebab itu, walaupun tidak besar nilainya terutana dalam hal yang meragukan, sering orang membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian mengenai jenis tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal (Tjitrosoepomo, 1985).  Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, hanya ada satu daun yang memiliki kelengkapan yaitu daun talas pelangi (Caladium sp), karena daun ini mempunyai upih daun atau pelepah daun (vagina), tangkai daun (petiolus) dan helaian daun (lamina).
Sedangkan daun yang lainnya adalah daun yang tidak lengkap karena (Rosanti, 2011):
a.             Hanya terdiri atas tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun bertangkai. Susunan daun yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar tumbuhan mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya : nangka (Artocarpus integra Merr), mangga (Mangifera indica L), dan lain-lain.  Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dikatakan daun bertangkai adalah : daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia), daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum lycopersicum) dan daun bambu (Bambusa sp).
b.             Daun terdiri atas upih dan helaian daun yang  demikian ini disebut daun berupih atau daun berpelepah seperti lazim kita dapati pada tumbuhan yang tergolong suku tumput, misalnya : pada (Oryza sativa L), jagung (Zea mays L) dan lain-lain. Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dikatan daun berupih atau daun berpelepah adalah : daun kelapa (Cocos nucifera), daun jagung (Zea mays L) dan daun bawang (Alium vitucolum).
c.             Daun hanya terdiri atas helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung melekat atau duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun duduk (sessilis) seperti dapat kita lihat pada buduri (Calptropis gigantean R.Br). daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang demikian lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau memeluk batang. Oleh sebab itu juga dinamakan daun memeluk batang, (amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung (Sorichus oleraceus L). bagian samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali bangunnya membulat dan disebut telinga daun.
d.            Daun hanya terdiri atas tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalau menjadi pipih sehingga menyerupai helaian daun. Jadi merupakan suatu helaian daun semu atau palsu, dinamakan : filodia, seperti terdapat pada berbagai jenis pohon Aracia yang berasal dari Australia, misalnya : Acacia auriculiformis A. Cunn (Tjitrosoepomo, 1985.)
Daun lengkap dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah hanya daun talas pelangi (Caladium sp). Daun bertangkai dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah :
a.             Daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia).
b.             Daun bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis).
c.             Daun eforbia (Eusorbia sp).
d.            Daun terong (Solanum lycopersicum).
e.             Daun bambu (Bambusa sp).
Sedangkan, daun berupih dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah :
a.             Daun kelapa (Cocos nucifera).
b.             Daun jagung (Zea mays L).
c.             Daun bawang merah (Alium vitucolum).
Menurut Rosanti (2012), daging daun merupakan isi dari daun. Bila dilihat secara mikroksopik daun terdiri dari sel-sel yang membentuk berbagai jarignan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun, yang dibatasi oleh permukaan atas dan bawah daun. Daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang bedaging tipis. Karena itulah daging daun dapat dibedakan menjadi :
1.             Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini mudah sekalo robek Karena berbentuk seperti sayap capung. Pada hasil pengamatan adalah : daun bawang merah (Alium vitucolum).
2.             Tipis seperti kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini umum dijempai pada kebanyakan tumbuhan. Pada hasil pengamatan adalah : daun bunga sepatu (Rosa sinensis), daun terong (Solanum lycopersicum), dan daun bambu (Bambusa sp).
3.             Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.
4.             Kaku (perkamenteus). Daing daun yang kaku umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan dibentuk apapun. Pada hasil pengamatan adalah : daun jagung (Zea mays L) dan daun kepala (Cocos nucifera).
5.             Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup tebal, kaku dan keras tetapi tidak berair.
6.             Berdaging (carnosus). Struktur daging buah ini sangat tebal dan mengandung air, misalnya pada lidah buaya, cocor bebek, amarilis dan sebagainya. Pada hasil pengamatan adalah : eforbia (Eusorbia sp) dan daun talas pelangi (Caladium sp).


BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dengan judul praktikum Bagian-bagian Daun dapat disimpulkan bahwa :
1.             Daun memiliki tiga struktur pokok, yaitu : pelepah (vagina), tangkai (petiolus) dan helaian (lamina).
2.             Daun lengkap adalah daun talas pelangi (Caladium sp).
3.             Daun bertangkai dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah:  daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia), daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum lycopersicum), dan daun bambu (Bambusa sp).
4.             Daun berupih dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah: daun kelapa (Cocos nucifera), daun jagung (Zea mays L), dan daun bawang merah (Alium vitucolum).
5.             Daun tunggal adalah daun talas pelangi (Caladium sp), bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum lycopersicum), daun jagung (Zea mays L), dan daun bawang merah (Alium vitucolum).
6.             Daun majemuk adalah daun bambu (Bambusa sp), daun kelapa (Cocos nucifera), dan daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia).










DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : KANISIUS (Anggota IKAPI)

Rosanti, Dewi. 2011. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Suradinata, Tatang S. 1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Gadjah Mada University Press.

Warnita, dkk. 2012. Bahan Ajar Botani. Website : http://faperta.unand.ac.id/ deposit/ BahanAjarBotani.pdf. Diakses Sabtu, 8 November 2014 pukul 14 . 41 WIB.



Lampiran

Gambar 1. Daun Cemara Kipas (Casuarina aquisetifolia)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)


Gambar 2. Daun Kelapa (Cocos nucifera)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)


Gambar 3. Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)



 
Gambar 4. Eforbia (Eusorbia sp)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 5. Daun terong (Solanum lycopersicum)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)


Gambar 6. Daun Jagung (Zea mays L)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 7. Daun bambu (Bambusa sp)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 8. Daun Bawang Merah (Alium vitucolum)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)

Gambar 9. Daun Talas Pelangi (Caladium sp)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)



1 komentar: