LAPORAN PRAKTIKUM I
BAGIAN-BAGIAN DAUN (FOLIUM)
Oleh :
Ending
Permata (13222035)
Dosen Pembimbing :
Riri
Novita Sunarti, M. Si.
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) RADEN FATAH
PALEMBANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Daun adalah satu satu
organ bagian dari tubuh tumbuhan. Secara umum, pada tumbuhan harus mempunyai
daun, batang, dan akar. Daun sendiri merupakan organ bagian tumbuhan yang
sangat penting, karena daun adalah tempat pengambilan zat-zat makanan terutama
yang berupa zat gas (CO2), selain itu sebagai pengelolah zat-zat
makanan, penguapan air dan pernafasan bagi tumbuhan itu sendiri. Di lihat dari
segi fungsi, daun sangat penting bagi tumbuhan, karena jika tidak ada daun maka
tumbuhan tersebut akan mati atau tidak akan tumbuh karena pada daun inilah
terjadi proses fotosintesis dan lain sebagainya.
Daun merupakan organ
yang amat beragam, baik dari segi morfologi maupun anatomi. Struktur jaringan
pembuluh dalam tangkai dan tulang daun utama biasanya mirip dengan dalam
batang. Ciri paling penting pada daun adalah bahwa pertumbuhan apeksnya segera
terhenti. Pada beberapa tumbuhan paku, meristem tersebut tetap aktif selama
waktu yang cukup lama. Pada paku lain, seperti Ophioglossum, dan pada Spermatiphyta, aktivitas meristem apeks daun
segera terhenti, sementara bentuk and ukuran daun ditentukan oleh pertumbuhan
interkalar dan marginal (Rosanti, 2011).
Istilah bagi seluruh
daun pada tanaman adalah phyllom.
Namun, dikenal juga istilah daun hijau, katafil, hipsofil, kotiledon (keping
biji), profil dan lain-lain. Daun hijau berfungsi khusus untuk fotosintesis dan
biasanya berbentuk pipih mendatar sehingga mudah memperoleh sinar matahari dan
gas CO2. Katafil dalah sisik pada tunas atau pada batang di bawah
tanah dan berfungsi sebagai pelindung atau tempat menyimpan cadangan makanan.
Daun pertama pada cabang lateral disebut prophyll,
pada monokotil hanya ada satu helai prophyll,
pada dikotil ada dua helai. Hipsofil berupa berbagai jenis brakte yang
mengiringi bunga dan berfungsi sebagai pelindung. Kadang-kadang hipsofil
berwarna cerah dan berfungsi serupa dengan mahkota bunga. Kotiledon merupakan
daun pertama pada tumbuhan (Rosanti, 2011).
Bila ditinjau dari
jumlah helaian daunnya, daun dibedakan menjadi daun tunggal dan daun majemuk.
Bila setiap satu tangkai daun didukung oleh satu helaian daun, maka daun
tersebut dinamakan daun tunggal. Bila dalam satu daun didukung oleh lebih dari
satu helaian daun, maka daun tersebut dinamakan sebagai daun majemuk (Rosanti,
2011).
Tumbuhan yang tumbuh di
dua macam habitat (lingkungan) yang berbeda sering menunjukkan struktur yang
berbeda pula. Para ahli menganggap bahwa dalam evolusinya, struktur yang
berbeda merupakan adaptasi terhadap lingkungan. Namun, tumbuhan dengan struktur
berbeda-beda, namun tampak menghuni habitat yang sama mungkin memiliki cara
berbeda dalam menanggulangi kondisi yang mungkin tak menguntungkan dari
lingkungannya itu. Dalam habitat yang kekurangan air, ada tumbuhan yang
membentuk sifat khusus untuk
melindunginya terhadap hilangnya air, yang lain membentuk alat di bawah tanah
untuk memperoleh air, atau memiliki akar yang mampu tumbuh amat dalam ke tanah
untuk menyimpan air dan yang lain lagi
mengatur daur hidupnya sehingga hanya tumbuh pada kurun masa selama air
tersedia. Akibat cara yang berbeda-beda dalam menanggulangi kekurangan air itu
tumbuhan dapat mencapai taraf adaptasi yang sama dengan kombinasi sifat yang
berbeda-beda (Rosanti, 2011).
Dengan adanya praktikum
ini tentu banyak yang kita ketahui mengenai daun (folium), diantaranya adalah mengetahui pengertian daun,
fungsi-fungsi daun untuk tumbuhan dalam proses fotosintesis, macam-macam daun,
bagian-bagian daun baik dari tangkai (petiolus),
helaian (lamina) dan pelepah (vagina). Pada jenis-jenis daun yang
diamati juga dapat diketahui mana daun lengkap dan mana daun yang tidak
lengkap, pertulangan dari jenis-jenis daun tersebut dan lain sebagainya. Oleh
sebab itu, praktikum ini dilaksanakan agar semua praktikan dapat mengetahui
tentang daun (folium) yang menjadi
bahan praktikum.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari
pembuatan laporan praktikum yang telah dilakukan, yakni :
1. Mahasiswa
dapat mengetahui pengertian daun.
2. Mahasiswa
dapat mengenal dan membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian
tumbuhannya.
3. Mahasiswa
dapat mengetahui struktur dan morfologi daun.
4. Mahasiswa
mengetahui tata letak daun.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Daun (Folium)
Daun
merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah pentingnya dengan akar. Daun
dikenal dengan nama ilmiah folium. Secara umum, daun memiliki struktur berupa
helaian, berbentuk bulat atau lonjong dan berwarna hijau. Daun memiliki fungsi
antara lain sebagai resorpsi. Dalam hal ini helaian daun bertugas menyerap
zat-zat makanan dan gas. Daun juga berfungsi mengolah makanan melalui
fotosintesis. Selain itu daun juga berfungsi sebagai alat transfortasi atau
pengangkutan zat makanan hasil fotosintesis ke seluruh tubuh tumbuhan. Dan,
yang tak kalah penting daun berfungsi sebagai alat transpirasi (penguapan air)
dan respirasi (pernapasan dan penukaran gas) (Rosanti, 2011).
Menurut
Tjitrosoepomo (1985), daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan
pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya
terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh
tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan
buku-buku (nodus) batang, dan tempat
di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun
(axilla). Daun biasanya tipis
melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Oleh karena
itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah
yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh tumbuhan ini
mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada
batang. Pada waktu akan runtuh warna daun berubah menjadi kekuning-kuningan dan
akhirnya menjadi perang. Jadi daun yang telah tua, kemudian mati dan runtuh
dari batang mempunyai warna yang berbeda dengan daun yang masih segar.
Perbedaan warna ini kita lihat pula bila kita bandingkan warna antara daun yang
masih muda dan daun yang sudah dewasa. Daun yang muda berwarna hijau mudah
keputih-putihan, kadang-kadang jadi ungu atau kemerah-merahan. Sedangkan yang
sudah dewasa biasanya berwarna hijau sungguh.
Daun
yang runtuh selalu diganti dengan yang baru, dan biasanya jumlah daun baru yang
terbentuk melebihi jumlah daun yang gugur, sehingga pada tumbuhan yang semakin
besar kita dapati jumlah daun yang semakin besar pula, sehingga suatu batang
pohon nampak makin lama makin rindang. Tetapi ada pula tumbuhan yang pada
waktu-waktu tertentu menggugurkan semua daunnya, sehingga tumbuhan dalam
keadaan yang demikian tadi Nampak gundul dama sekali seperti tumbuhan yang
mati. Peristiwa ini dapat kita lihat dalam musin kemarau oada jenis-jenis
tumbuhan tertentu yang menjelang datangnya musim hijau membentuk tunas-tunas
baru dan dalam musim hujan akan kelihatan hijau kembali. jenis-jenis tumbuhan
yang mempunyai sifat demikian itu disebut tumbuhan meranggas (tropophyta) yang banyak pula kita jumpai
di Indonesia, seperti misalnya: pohon jati (Trectona
gransis L), kedondong (Spondias
dulcis Forsrt), kapok randu (Ceiba
pentandra Gaertn), pohon para (Hevea
brasiliensis Muell), dan lain-lain lagi (Tjitrosoepomo, 1985).
B.
Morfologi
Daun (Folium).
Daun dalam arti luas
sangat bervariasi, baik strukturnya maupun fungsinya. Helaian daun biasanya
menunjukkan spesialisasi sebagai organ fotosintesis dengan bentuk melebar yang
disebut lamina. Lembaran daun melekat pada batang dengan adanya tangkai daun (petiole), atau ada pula daun yang tek
bertangkai (daun sesil). Apabila dasar daun sesil atau daun bertangkai meliputi
batang, maka dikatakan daun berpelepah. Tumbuhan yang mempunyai nodus
multilakunae, karakteristik mempunyai pelepah. Penonjolan dasar daun disebut
stipula, sering terdapat pada daun yang berasosiasi dengan nodus trilakunar.
Daun sederhana mempunyai satu helai daun, daun majemuk mempunyai dua atau lebih
anak daun, biasanya melekat pada sumbu yang disebut rakis. Anak daun ada pula
yang majemuk (Suradinata, 1998).
Menurut Tjitrosoepomo
(1985), bentuk daun yang tipis melebar, warna hijau, dan duduknya pada batang
yang menghadap ke atas itu memang sudah selaras dengan fungsi daun bagi
tumbuh-tumbuhan, yaitu sebagai alat untuk :
1.
Pengambilan zat-zat
makanan (reasorbsi), terutama yang
berupa zat gas (CO2),
2.
Pengolahan zat-zat
makanan (asimilasi)
3.
Penguapan air (transpirasi)
4.
Pernafasan (resfirasi)
Tumbuhan
mengambil zat-zat makanan dari lingkungannya dan zat yang diambil (diserap)
tadi adalah zat-zat yang bersifat anorganik. Air beserta garam-garam diambil
dari tanah oleh akar tumbuhan. Sedang gas asamarang (CO2) yang
merupakan zat makanan pula bagi tumbuhan diambil dari udara melalui celah-celah
yang halus yang disebut mulut daun (stoma) masuk ke dalam daun. Zat-zat itu
belum sesuai dengan keperluan tumbuhan, oleh sebab itu harus diubah, diolah
dijadikan zat-zat organik yang sesuai dengan kepentingan tumbuhan, pengolahan
zat anorganik menjadi zat organic ini dilakukan oleh daun (sesungguhnya zat
hijau daun atau klorofil-nya) dengan bantuan sinar matahari. Pekerjaan ini
disebut asimilasi, jadi daun dapat disamakan dengan dapur bagi tumbuhan.
Misalnya gas asam arang yang berasal dari udara dengan air yang berasal dari
tanah di dalam daun diubah menjadi zat gula, dan zat-zat organic yang terbuka
di dalam daun seterusnya diangkut ke tempat-tempat dalam tubuh tumbuhan yang memerlukan
atau diangkut ke tempat-tempat penimbunan dan di situ merupakan zat makanan
cadangan. Karena untuk tugas daun ini diperlukan bantuan sinar matahari, maka
daun bentuknya pipih lebar dan selalu menghadap keatas untuk dapat menangkap
sinar matahari sebanyak-banyaknya (Tjitrosoepomo, 1985).
Macam
daun lainnya adalah kotiledon, merupakan daun pertama pada tumbuhan dan katafil
(‘cataphyll’). Katafil merupakan
braktea untuk proteksi dan untuk penyimpanan atau sebagai sisik. Katafil lebih
sederhana dari daun biasa dalam bentuk dan histologinya. Braktea pertama pada
pucuk (tunas) lateral disebut profil (‘prophyll’)
(Hidayat, 1995).
Walalupun
tumbuhan selalu memerlukan air untuk berbagai macam keperluan hidupnya, adanya
penguapan air tak dapat dihindarkan lagi pula penguapan air yang terjadi pada
tumbuhan itu memang penting pula baginya. Penguapan air melalui daun
menyebabkan air yang diserap oleh akar dari tanah itu di dalam tubuh tumbuhan
dalam keadaan bergerak, mengalir dari bawah ke atas. Hal ini penting sekali
artinya bagi pengangkutan zat-zat makanan yang biasanya terdapat dalam bentuk
larutan dan oleh arus air dari bawah ke atas itu zat-zat tadi dapat dampai di
daun untuk diubah menjadi zat-at organik. Demikian pentingnya adanya arus air,
dalam tubuh tumbuhan itu, sehingga kalau udara misalnya udara tempat tumbuhan
itu terdapat telah jenuh dengan uap air tumbuhan lalu mengeluarkan air dalam
bentuk zat cair sehingga dengan demikian dalam tubuh tumbuhan tetap ada aliran
air dari bawah ke atas. Peristiwa itu dapat kita lihat pada pagi hari dalam
musin hujan, misalnya pada tanaman keladi atau talas yang mencucurkan air ke
tanah melalui suatu liang yang terdapat pada ujung daunnya. Keluarnya air dalam
bentuk tetes-tetes ini dinamakan penetesan air atau gutasi (Tjitrosoepomo, 1985).
Daun
Angiospermae amat beragam struktur anatomi dan morfologinya. Pada sebagian
besar Angiospermae dapat dibedakan dasar daun, tangkai daun, dan helai daun.
Bentuk, struktur, dan ukuran ketiga bagian tersebut berguna dalam menentukan klasifikasi
daun. Di dasar daun dikotil sering terdapat tonjolan yang disebut daun penumpu
atau stipula. Pasokan jaringan
pembuluh bagi stipula sebagai pelindung. Pada kebanyakan monokotil dan beberapa
dikotil, stipula tumbuh mengelilingi
batang menjadi pelepah yang mengelilingi batang. Pada Graminaea, di tempat
pertemuan antara pelepah dengan helaian daun terdapat tonjolan tipis, bening,
dan berambut, dinamakan ligula. Pada
beberapa Palmae, seperti enau (Arenga
pinnata), ligula amat besar berbentuk tabung yang menyelubungi daun muda
yang belum kokoh. Biasanya ada hubungan antara anatomi buku dan stipula pada
dikotil atau pelepah pada monokotil. Kebanyakan tumbuhan yang memiliki buku (nodus) trilakuna juga memiliki stipula,
sedangkan yang bukunya bersifat multilakuna memiliki dasar daun berupa pelepah
(Hidayat, 1995).
C.
Bagian-bagian
Daun (Folium).
Daun lengkap mempunyai
bagian-bagian berikut (Tjitrosoepomo, 1985) :
1.
Upih daun atau pelepah
daun (vagina).
Daun yang berupih umumnya hanya kita dapati pada
tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan yang berbiji tunggal (Monocotyledonae)
saja, suku rumput (Gramineae), suku
empon-empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum L), golongan palma
(Palmae), dan lain-lain. Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat
atau memeluk batang juga mempunyai fungsi lain, yaitu (Tjitrosoepomo, 1985) :
a.
Sebagai pelindung
kuncup yang masih muda, seperti pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L).
b.
Member kekuatan pada
batang tamanam.
2.
Tangkai daun (petiolus).
Tangkai daun merupakan
bagian daun yang mendukung helaiannnya dan bertugas untuk menempatkan helaian
daun tadi pada posisi sedekimian rupa, hingga dapat memperoleh cahaya matahari
yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda
menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pasa satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat
berbeda.
3.
Helaian daun (lamina).
Tumbuhan yang demikian
banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun yang helainnya berbeda-beda pula,
baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menemukan dua
jenis tumbuh-tumbuhan yang helaian daunnya persis dama bentuk dan warnanya.
Oleh sebab itu, walaupun tidak besar nilainya terutana dalam hal yang
meragukan, sering orang membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh
kepastian mengenai jenis tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal (Tjitrosoepomo,
1985).
Sifat-sifat daun yang
perlu mendapat perhatian kita ialah (Tjitrosoepomo, 1985):
1)
Bangunnya (sesungguhnya
bangun helaiannya (circumscriptio)),
Ujungnya (apex),
Gambar
1. Bangun daun
(Sumber : Warnita dkk, 2012)
Keterangan (Warnita dkk, 2012) :
a.
Bulat. Contoh : teratai
besar
b.
Perisai. Contoh : jarak
c.
Jorong. Contoh :
nangka.
d.
Memanjang. Contoh
sirsak.
e.
Lanset. Contoh :
kamboja.
2)
Pangkalnya (basis),
Dibedakan atas 2 :
1.
pangkal daun tidak
bertoreh
Gambar 2. Pangkal daun tidak bertoreh
(Sumber
: Warnita dkk, 2012)
2.
Pangkal Daun
Bertoreh/Berlekuk.
Gambar 3. Pangkal daun bertoreh
(Sumber
: Warnita dkk, 2012)
a)
Susunan
tulang-tulangnya (nervatio atau venation),
Gambar 4. Susunan tulang-tulang daun
(Sumber
: Warnita dkk, 2012)
b)
Tepinya (margo),
1)
Tepi daun bagian bawah
yang terpisah oleh pangkal ibu tulang.
Gambar
5. Tepi daun bagian bawah yang terpisah pangkal ibu tulang
(Sumber
: Warnita dkk, 2012)
2)
Tepi daun bagian bawah
yang bertemu dan berdekatan.
Gambar 6. Tepi daun bagian bawah bertemu
dan berdekatan
(Sumber
: Warnita dkk, 2012)
3)
Tepi daun berlekuk,
bercangap dan berbagi, dibedakan atas :
Gambar 7. Tepi daun berlekuk
(Sumber
: Warnita dkk, 2012)
c)
Daging daunnya (intervenium).
d)
Dan sifat-sifat lain
lagi, misalnya : keadaan permukaan atas maupun bawahnya (gundul, berambut, atau
lainnya), warna dan lain-lain (Tjitrosoepomo, 1985.)
Daun lengkap dapat kita
jumpai pada beberapa macam tumbuhan misalnya, pohon pisang (Musa paradisiacal L), pohon pinang (Areca catechu L.), bambu (Bambusa
sp), dan lain-lain. Tumbuhan yang mempunyai daun yang lengkap tidak begitu
banyak jumlah jenisnya. Kebanyakan tumbuhan mempunyai daun yang kehilangan satu
atau dua bagian dari tiga bagian di atas. Daun yang demikian dinamakan daun
tidak lengkap. Mengenal susunan daun yang tidak lengkap ada beberapa
kemungkinan (Tjitrosoepomo, 1985) :
a.
Hanya terdiri atas
tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun bertangkai. Susunan daun
yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar tumbuhan
mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya : nangka (Artocarpus integra Merr), mangga (Mangifera indica L), dan lain-lain.
b.
Daun terdiri atas upih
dan helaian daun yang demikian ini
disebut daun berupih atau daun berpelepah seperti lazim kita dapati pada
tumbuhan yang tergolong suku tumput, misalnya : pada (Oryza sativa L), jagung (Zea
mays L) dan lain-lain.
c.
Daun hanya terdiri atas
helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung melekat atau
duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun duduk (sessilis) seperti dapat kita lihat pada
buduri (Calptropis gigantean R.Br).
daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang
demikian lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau
memeluk batang. Oleg sebab itu juga dinamakan daun memeluk batang, (amplexicaulis) seperti terdapat pada tempuyung
(Sorichus oleraceus L). bagian
samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali bangunnya membulat dan
disebut telinga daun.
d.
Daun hanya terdiri atas
tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalau menjadi pipih
sehingga menyerupai helaian daun. Jadi merupakan suatu helaian daun semu atau
palsu, dinamakan : filodia, seperti
terdapat pada berbagai jenis pohon Aracia yang berasal dari Australia, misalnya
: Acacia auriculiformis A. Cunn (Tjitrosoepomo, 1985.)
Selain bagian-bagian tersebut
dan kemungkinan lengkap atau tidaknya bagian-bagian tadi, daun pada suatu
tumbuhan seringkali mempunyai alat-alat tambahan atau pelengkap, antara lain
berupa (Tjitrosoepomo, 1985) :
1.
Daun penumpu (stipula), yang biasanya berupa dua helai
lembaran serupa daun yang kecil, yang terdapat dekat dengan pangkal tangkai
daun dan umumnya berguna untuk melindungi kuncup yang masih muda. Ada kalanya daun penumpu itu besar dan lebar
seperti daun biada dan berguna pula sebagai alat untuk beramilasi seperti
terdapat pada kacang kapri (Pisum sativum L). daun penumpu ada yang mudah
sekali gugur seperti misalnya pada pohon nangka (Artocarpus integra Merr),
tetapi ada pulayang tinggal lama dan baru gugur bersama-sama daunnya misalnya
pada mawar (Rose sp). Menurut letaknya
daun penumpu dapat dibedakan dalam (Tjitrosoepomo, 1985):
a.
Daun penumpu yang bebas
terdapat di kanan kiri pangkal tangkai daun disebut daun penumpu bebas (stipulae liberae) terdapat misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea L).
b.
Aun penumpu yang melekat
pada kanan kiri pangkal tangkai daun (stipulae
adnatae) pada mawar (Rosa sp).
c.
Daun penumpu yang
berlekatan menajdi satu dan mengambil tempat di dalam ketiak daun (stipula axillaris atau stipula intrapetiolaris).
d.
Daun penumpu yang
berlekatan menjadi satu yang mengambil tempat berhadapan dengan tangkai daun
dan biasanya agak lebar hingga melingkari batang (stipula petiole opposite atau stipula antidroma).
e.
Daun penumpu yang
berlekatan dan mengambil tempat di antara dua tangkai daun seperti seringkali terjadi
pada tumbuhan yang pada satu buku-buku batang mempunyai dua daun yang duduk
berhadapan, misalnya pada pohon mengkudu (Morinda
citrifolia L). Daun penumpu antar
tangkai (stipula interpolaris).
2.
Selaput bumbung (ocrea atau ochrea). Alat ini berupa selaput tipis yang menyelubungi pangkal
suatu ruas batang. Jadi, terdapat di atas suatu tangkai daun. Selaput bumbung
dianggap sebagai daun penumpu yang kedua sisinya saling berdekatan dan
melingkari batang, terdapat antara lain pada Plygonum sp.
3.
Lidah-lidah (ligula), suatu selaput kecil yang
biasanya terdapat pada batas antara upih dan helaian daun pada rumput (Graminaeae). Alat ini berguna untuk
mencegah mengalirnya air hujan ke dalam ketiak antara batang dan upih daun
sehingga kemungkinan pembusukan dapat dihindarkan (Tjitrosoepomo, 1985).
D.
Struktur
Daun (Folium)
Bila kita mengamati
satu helai daun, akan terlihat struktur (bagian-bagian) daun yaitu tangkai daun
dengan nama ilmiah petiolus, helaian
daun dengan nama ilmiahnya lamina dan
kadang-kadang ditemukan pelepah atau upih daun dengan nama ilmiahnya vagina. Menurut Rosanti (2011) ada dua
struktur daun :
1.
Daun
Tunggal (Folium simplex).
Tumbuhan monokotil (Monocotyledonae)
biasanya memiliki daun lengkap, misalnya keladi (Caladium sp), temulawak (Curcuma
xanthorrhiza), lengkuas (Alpinia galangal), kelapa (Cocos nucifera) dan lain-lain.
Gambar 8. Daun lengkap
(Sumber : Rosianti, 2011)
Helaian daun berfungsi
sebagai tempat terjadinya fotosintesis, respirasi ataupun transpirasi. Besar
kecilnya helaian daun merupakan adaptasi tumbuhan terhadap lingkungannya yang
berhubungan dengan proses transpirasi, agar tumbuhan tidak kehilangan air.
Helaian memiliki warna, bentuk dan ukuran yang beragam yang merupakan cirri
utama dalam mengenal suatu tumbuhan. Pelepah/upih memiliki fungsi sebagai
pelindung juncup yang masih muda dan member kekuatan pada batang tumbuhan
(Rosanti, 2011).
a.
Bangun daun (cirsumscriptio).
Bangun aun merupakan
bentuk helaian dau secara keseluruhan.
1)
Bagian terlebar di tengah
helaian daun.
Bila letak tangkai daun
berada di tengah-tengah helaian daun, bukan tumbuh dari pangkal daun, maka daun
tersebut dikatakan berbentuk perisai (peltatus).
Misalnya daun kuping gajah dan keladi.
2)
Bagian terlebar di
bawah helaian daun.
Untuk menentukan bangun
daun yang berada di bawah daun, perlu juga dilihat pangkal daunnya, apakah
berlekuk atau tidak. Untuk pangkal daun yang tidak berlekuk, bangun daun
dibedakan menjadi bulat telur (ovatus),
contohnya daun kembang sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), bangun segitiga (triangularis),
berbentuk segitiga sama kaki, contohnya bunga pukul empat (Mirabilis jalapa), bangun
delta (deltoideus), berbentuk
segitiga sama sisi, contohnya air mata pengantin (Antigonom leptopus) dan
bangun belah ketupat (rhomboidues),
contohnya adalah bengkuang (Pachyrhizuz
erosus).
3)
Tidak ada bagian yang
terlebar.
Bangun
daun seperti ini biasanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan berdaun sempit,
sehingga bangun daun dapat dibedakan menjadi :
a)
Berbangun garis (linearis), pada jenis rumput-rumputan.
Gambar
9. Daun berbangun garis pada Cryperus
papyrus (Sumber :
Rosanti, 2011)
b)
Berbangun pita (ligutatus).
Gambar 10. Daun berbangun pita pada
serai
(Sumber
: Rosanti, 2011)
c)
Berbangun pedang (ensiformis).
Gambar
11. Daun berbangun pedang pada Sanseviearia
trifasciata
(Sumber : Rosanti, 2011)
d)
Berbangun paku (subulatus).
Gambar
12. Daun berbangun paku pada Araucaria
heterophylla
(Sumber
: Rosanti, 2011)
e)
Berbangun jarum (acerosus).
Gambar 13. Daun berbangun jarum pada Picea glauca
(Sumber
: Rosanti, 2011)
b.
Pangkal daun (basis folii).
Pangkal daun adalah
bagian helaian daun yang berhubungan langsung dengan tangkai daun. Pangkal yang
terdapat di kiri aknan tangkai daun, baik berletakan atau tidak dapat dibedakan
menajdi sedikitnya 6 macam, yaitu (Rosanti, 2011) :
1)
Runcing (acutus), biasanya terdapat pada bangun
memanjang, lanset dan belah ketupat.
2)
Meruncing (acuminatus), biasanya terdapat pada
bangun bulat telur.
3)
Tumpul (obtusus), biasanya terdapat pada bangun
bulat telur.
4)
Membulat (rotundatus), terdapat pada bangun bulat
telur dan jorong.
5)
Romping/rata (truncates), terdapat pada bangun
segitiga, delta dan tombak.
6)
Berlekuk (emarginatus), terdapat pada bangun
jantung, ginjal, dan anak panah.
Gambar 14. Pangkal
daun runcing (a), meruncing (b), tumpul (c), membulat (d), romping (e) dan
berlekuk (f).
(Sumber
: Rosanti, 2011)
c.
Ujung daun (apex folii).
Ujung daun merupakan
bagian puncak daun, dimana letaknya paling jauh dari tangkai daun. Ujung daun
memiliki bentuk yang beraneka ragam. Dalam morfologi tumbuhan dikenal
sedikitnya 7 bentuk daun, yaitu (Rosanti, 2011):
1)
Runcing (acutus). Ujung daun mengecil dan
menyempit di kiri dan kanan secara bertahap dan membentuk sudut kurang lebih 90o.
2)
Meruncing (acuminatus). Hampir mirip dengan ujung
runcing, namaun titik pertemuan tidak menyempit secara bertahap, tetapi
memiliki jarak yang cukup tinggi pada akhir bagian ujung tersebut.
3)
Tumpul (obtusus). Untuk menentukan ujung daun
tersebut berbentuk tumpul, dapat dilihat dari jarak tepi daun yang jauh dari
ibu tulang daun.
4)
Membulat (rotundatus). Ujung daun tidak membentuk
sudut sama sekali, contoh bunga teratai (Neulumbo
sp).
5)
Rompang/rata (truncates).ujung daun seperti garis.
6)
Terbelah (retusus). Ujung daun memperlihatkan
suatu lekukan.
7)
Berduri (mucronatus). Ujung daun ditutupi oleh
duri.
Gambar
15. Ujung daun yang berbentuk runcing (a), meruncing (b), tumpul (c), membulat
(d), romping (e), terbelah (f) dan berduri (g).
(Sumber
: Rosanti, 2011).
d.
Tepi daun (margo folii).
Tepi daun hanya
dibedakan dalam dua macam yaitu tepi yang rata (integer) dan yang tidak rata. Tepi daun yang tidak rata disebut
tepi daun yang bertoreh (divisus)
atau berlekuk. Contoh daun bertepi rata adalah sirih, keladi, kamboja,
oleander, nangka, lidah mertua, mangga, rambutan, cabe dan sebagainya. Torehan
atau lekukan pada helaian daun bermacam-macam. Torehan daun bersifat dua macam.
Torehan lainnya dapat menyebabkan hilangnya bentuk asli daun, karena daun
mengalami lekukan yang banyak akibat torehan-torehannya. Lekukan daun disebut
sebagai sinus, sedangkan tepi daun
yang menonjol keluar akibat torehan tersebut disebut sebagai angulus (Rosanti, 2011).
e.
Daging daun (intervenium).
Daging daun merupakan
isi dari daun. Bila dilihat secara mikroksopik daun terdiri dari sel-sel yang
membentuk berbagai jarignan. Sel dan jaringan ini yang merupakan isi dari daun,
yang dibatasi oleh permukaan atas dan bawah daun. Daging daun berbeda-beda, ada
yang berdaging tebal dan ada yang bedaging tipis. Karena itulah daging daun
dapat dibedakan menjadi (Rosanti, 2011) :
1)
Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini
mudah sekalo robek Karena berbentuk seperti sayap capung.
2)
Tipis seperti kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini
umum dijempai pada kebanyakan tumbuhan.
3)
Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging
tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.
4)
Kaku (perkamenteus). Daing daun yang kaku
umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan
dibentuk apapun.
5)
Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit
cukup tebal, kaku dank eras tetapi tidak berair.
6)
Berdaging (carnosus). Struktur daging buah ini
sangat tebal dan mengandung air, misalnya pda lidah buaya, cocor bebek,
amarilis dan sebagainya.
f.
Pertulangan daun (nervetio).
Tulang dau merupakan
struktur penguat helaian daun, sama fungsinya dengan tulang manusia yang member
kekuatan menunjang berdirinya tubuh. Tulang-tulang daun merupakan jaringan
pembuluh yang dapat mengangkut air maupun hasil fotosintesis dari akar dan
batang serta menuju batang dan akar.
Struktur tulang daun
terdiri atas ibu tulang daun (costa),
tulang cabang (nervus lateralis) dan
urat daun (vena). Keberadaan
tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang daun dapat menentukan system
pertulangan daun. Berdasarkan posisi tulang-tulang cabang terhadap ibu tulang
daunnya, sistem petulangan daun dibedakan menjadi :
1)
Bertulang menyirip (pennivervis).
Gambar
16. Struktur tulang daun bertulang menyirip (penninervis)
(Sumber : Rosanti,
2011)
2)
Bertulang menjari (palminervis).
Gambar 17. Daun bertulang menjari (palmanervis)
(Sumber
: Rosanti, 2011)
3)
Bertulang melengkung (cervinervis).
Gambar 18. Daun bertulang melengkung (cervinervisi)
(Sumber
: Rosanti, 2011)
4)
Bertulang lurus/sejajar
(rectinervis).
Gambar 19. Daun bertulang sejajar (rectinervisi)
(Sumber
: Rosanti, 2011)
Pada umumnya, daun
berwarna hijau. Namun, tidak jarang dijumpai daun dengan warna yang berbeda,
seperti merah pada andong, buntut bajing (Acalypha
wilkesiana), keladi (Caladium sp) dan aglonema (Aglaonema sp). Ada juga yang memiliki
warna campuran seperti hijau bercampur merah pada puring (Codiaeum variegatum),
hijau keputihan pada beberapa jenis keladi, hijau kekuningan pada beberapa
jenis lidah mertua (Sansevieria sp) (Rosanti,
2011).
Warna pada daun
disebabkan kandungan klorofil pada daun. Pada beberapa tanaman hias, warna pada
daun merupakan hasil persilangan gen. semakin banyak paduan warna yang
dihasilkan, maka semakin tinggi nilai jualnya. Para pebisnis tanaman hias
memanfaatkan ilmu genetika dan kultur jaringan untuk menghasilkan warna daun
yang unik dengan berbagai corak.
g.
Permukaan daun.
Permukaan daun dapat
ditentukan dengan alat peraba (tangan). Ada beberapa jenis permukaan daun, yaitu
(Rosanti, 2011):
1)
Licin (laevis), dimana permukaan daun terlihat
mengkilat atau berlapis lilin.
2)
Gundul (glaber), bila tidak ditemukan struktur
apapun pada permukaaan daun.
3)
Berkerut (rugosus), terdapat kerutan pada
permukaan daun.
4)
Berbulu (pilosus), terdapat struktur bulu pada
permukaan daun.
5)
Bersisik (lepides), terdapat struktur sisik
mengkilat di permukaan daun.
2.
Daun
Majemuk (Folium compositum).
a.
Daun manjemuk menyirip
(pinnatus).
Sesuai dengan konsep
‘menyirip’ daun majemuk menyirip memiliki anak-anaka daun yang tersusun di kiri
kanan ibu tangkai daun (petiolus commonis). Biasanya daun-daun majemuk
menyirip memiliki ukuran anak daun yang kecil.
Gambar
21. Daun majemuk menyirip pada meniran (kiri) dan asam (kanan)
(Sumber : Rosanti, 2011)
Pada daun majemuk menyirip genap, anak-anak
daun tersusun dalam jumlah genap di kiri kanan ibu tangkai daun, sehingga
tersusun secara berpasangan. Ciri lain untuk daun majemuk yang memiliki jumlah
anak daun sangat banyak dapat dilihat pada ujung ibu tangkai daun. Bila pada
ujung ibu tangkai daun terputus, maka dapat dipastikan bahwa daun tersebut
merupakan daun majemuk menyirip genap. Contohnya dapat dilihat pada daun asam (Tamarindus indica), ketepeng ( Casia
tora), lamtoro (Leucaena glauca) dan
sebagainya (Rosanti, 2011).
Gambar 22. Daun majemuk menyirip genap
pada daun lamtoro
(Sumber
: Rosanti, 2011)
Pada daun majemuk
menyirip ganjil, anak-anak daun tersusun dalam jumlah ganjil di kiri kanan ibu
tangkai daun, sehingga tersusun tidak berpasangan. Ciri lain untuk jumlah
anka-anak daun sangat banyak dan tidak bisa dihitung dapat diliaht pada ujung
ibu tangkai daun. Bila pada ibu tangkai daun tidak terputus dan ditemukan satu
anak daun, maka dapat dipastikan bahwa daun tersrbut merupakan daun majemuk
menyirip ganjil. Contohnya dapat dilihat pada daun belimbing (Averrhoa belimbi), mawar (Rosa
sp), katuk (Saoropus androgynus), angsana (Pterocarpus indicus), ceremai (Phyllanthus
acidus) dan sebagainya (Rosanti, 2011).
Gambar 23. Daun majemuk menyirip ganjil
(Sumber
: Rosanti, 2011)
b.
Daun majemuk menjari (palmatus atau digitatus).
Daun majemuk menjari
dapat dibedakan berdasarkan jumlah anak-anak daunnya. Jika anak daun berjumlah
dua, maka daun majemuk seperti ini dinamakan daun majemuk menjari beranak daun
dua (bifolioatus), dimana pada ujung
ibu tangkai daun terdapat dua anak daun, misalnya daun nam-nam (Crynomerta cauliflora L) (Rosanti, 2011).
Gambar
24. Daun majemuk menjari beranak dua pada Cynometra
cauliflora
(Sumber
: Rosanti, 2011)
c.
Daun majemuk bangun
kaki (pedatus).
Susunan daun majemuk
bangun kaki hampir sama dengan susunan daun majemuk menjari. Perbedaan dapat
dilihat pada dua anak daun terakhir, yang biasanya terletak di dekat ibu
tangkai daun, tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun
yang disampingnya. Sehingga seolah-olah memiliki kaki yang menunjang daun
disampingnya. Daun majemuk bangun kaki biasanya terdapat pada tumbuh-tumbuhan
dari familia Araceae, seperti daun
rasberi (Rubus sp), arisema (Arisaema filiforme) (Rosanti, 2011).
d.
Daun majemuk campuran (digitatopinnatus).
Struktur daun majemuk
ini merupakan perpaduan dari daun majemuk menjadri dan daun majemuk menyirip.
Pada ujung ibu tangkai daun tersusun cabang-cabang yang terpencar seperti jari.
Pada cabang-cabang tersebut duduk anak-anak daun yang tersusun menyirip. Karena
itulah daun majemuk seperti ini disebut sebagai daun majemuk campuran. Contoh
tumbuhan yang memiliki daun majemuk seperti ini adalah daun putri malu (Mimosa pudica) (Rosanti, 2011).
E.
Tata
Letak Daun (Folium).
1.
Letak
Daun pada Batang.
Tangkai daun, baik pada
daun tunggal maupun daun majemuk melekat pada batang atau cabang-cabang batang.
Pada batang terdapat buku-buku batang (nodus),
dan bagian ini seringkali nampak sebagai bagian batang yang sedikit membesar
dan melingkari batang sebagai suatu cincin, yang dapat kita lihat jelas pada
tumbuhan monokotil, terutama dari jenis rumput atau familia Poaceae, seperti bamboo (Bambusa sp), tebu (Saccharum officinarum L). pada tumbuhan dikotil, buku batang tidak
terlihat jelas, melainkan hanya berbentuk seperti tonjolan pada batang. Pada
buku batang inilah daun-daun melekat. Bagian batang antara dua buku-buku
dinamakan ruas (internodus) (Rosanti,
2011).
Duduknya daun ada
batang dikenal dengan istilah phyllotaxis.
Biasanya satu tangkai daun duduk pada satu buku daun. Namun pada beberapa
tumbuhan, daun-daun duduk berjejal-jejal pada suatu bagian batang, yaitu pada
pangkal batang atau pada ujungnya. Meskipun demikian, secara umum daun duduk
pada batang secara terpisah-pisah dengan suatu jarak yang nyata. Tatak letak
daun pada batang memiliki tiga pola. Pola pertama yaitu pada satu buku batang
hanya duduk satu tangkai daun. Pola kedua, pada satu buku batang duduk dua
tangkai daun. Pola ketiga, pada satu buku batang duduk tida atau lebih tangkai
daun. Berdasarkan ketiga pola tersebut, dapat ditentukan jenis-jenis phyllotaxis tumbuhan (Rosanti, 2011).
2.
Jenis-jenis
Phyllotaxis.
Jenis-jenis
phyllotaxis ditentukan dari pola
duduknya daun pada buku batang, seperti yang telah dijelaskan di atas.
Berdasarkan pola duduknya daun, phyllotaxis
dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu : folia
sparsa, folia opposite, dan folia
verticillata (Rosanti, 2011).
1.
Folia
Sparsa.
Pada pola pertama,
dimana pada satu buku batang duduk hanya satu tangkai daun, maka pola seperti
ini dikenal sebagai pola duduk daun tersebar (folia sparsa). Biasanya daun tersusun berselang-seling. Susunan
tangkai daun dapat berselang-seling teratur atau tidak teratur. Pada
prinsipnya, pada setiap satu buku hanya ada satu tangkai daun. Hampir semua
tumbuhan memiliki duduk daun yang mengikuti pola ini. Tumbuhan yang tergolong folia sparsa antara lain andong (Cordyline fruitcosa), alang-alang (Imperata cylindrica), jagung (Zea mays), rumput-rumputan dan berbagai
jenis tumbuhan dari kelas Monocotyledoneae,
jarak (Ricinus sommunis), mangga (Mangifera
indica) dan sebagainya (Rosanti, 2011).
2.
Folia
Opposite.
Pada pola kedua, setiap
buku daun diduduki dua tangkai daun. Pada pola ini daun duduk
berpasang-pasangan atau berhadap-hadapan sehingga disebut juga folia opposite. Contoh folia opposite dapat ditemukan pada
beberapa jenis tumbuhan bakau seperti api-api (Avicennia sp), bakau (Rhizophora
mucronata), tunjang (Xylocarpus mekongensis), dan beberapa jenis
tumbuhan suku jambu-jambuan (familia Myrtaceae) seperti salam (Syzygium polyanthum), jambu air (Eugula
aquatica), jambu biji (Psidium guajava), dan sebagainya. Yang
harus diperhatikan dalam menentukan folia
opposite adalah duduk daunya pada
batang, karena beberapa daun majemuk menyirip berdaun lebar kadang-kadang
terlihat seperti folia opposite (Rosanti, 2011).
3.
Folia
Verticillata.
Pada
pola yang ketiga, pada setiapp buku daun terdapat tiga atau lebih daun yang
duduk disana. Pola seperti ini dikenal sebagai daun yang berkarang yang disebut
folia verticillata. Pada beberapa buku determinansi tumbuhan, pola berkarang
sering disebut sebagai karangan daun. Contoh daun berkarang dengan tiga daun pada
satu bukunya dapat ditemukan pada kaca piring (Gardenia augusta),
oleander (Nerium oleander) dan lain-lain. Sedangkan tumbuhan berkarang dengan lebih
dari tiga daun pada satu bukunya dapat ditemukan pada alamanda (Allamanda cathartica), pilai (Alstonia
schoralis) dan lain-lain (Rosanti,
2011).
F.
Rumus
Daun (Folium).
Pada perjalanan
melingkar sampai tercapainya daun yang tegal lurus atau daun telah berapa pada
ortostik, beberapa daun dilewati dalam jumlah tertentu, setiap sampai pada
ortostik daun. Jika untuk mencapai daun yang tegak lurus dengan daun yang
dilewati selama itu adalah Y, maka
perbandingan kedua bilangan tadi akan merupakan pecahan X/Y (Rosanti, 2011).
Berdasarkan pecahan X/Y dapat dicari besarnya sudut antara
dua daun. Pecahan X/Y dapat terdiri atas pecahan-pecahan : ½. 1/3.
¼, 2/8, 3/8 san seterusnya. Angka-angka yang membentuk pecahan-pecahan tadi
dikenal dengan Deret Fibonacci. Deret Fibonacci merupakan
rumus daun. Pada tumbuhan-tumbuhan dengan tata letak daun berhadapan dan
berkarang tak dapat ditentukan rumus daunnya, tetapi juga pada duduk daun yang
demikian dapat pula diperhatikan adanya ostostik-ostostik yang menghubungkan
daun-daun yang tegak lurus satu sama lainnya (Rosanti, 2011).
G.
Diagram
Daun (Folium).
Dalam membuat diagram
daun, harus diketahui dulu rumus daunnya. Daun-daunnya digambar sebagai
penampang melintang helai daun yang diperkecil, jadi sebagai suatu setitiga
dengan dasar lebar yang terlentang dengan dasarnya yang lebar tadi menghadap ke
atas. Jika misalkan digambarkan tata letak dayn menurut rumus 2/5, langkah
pertama yang harus dilakukan adalah menggambar lima ortostiknya. Daun-daun pada
setiap bukunya satu sama lain berjarak 2/5 lingkaran. Maka garis spiral genetic
akan melewati lima daun selama melingkari batang dua kali (Rosanti, 2012).
Untuk membuat diagram
daun, batang tumbuhan harus dipandang sebagai kerucut yang memanjang, dengan
buku-buku batangnya sebagai lingkaran-lingkaran yang sempurna. Jika
diproyeksikan pada suatu bidang datar, maka buku-buku batang akan menjadi
lingkaran-lingkaran yang konsentris dan puncak batang akan merupakan titik
pusat semua lingkaran tadi (Rosanti, 2011).
BAB III
METODE
PRAKTIKUM
A.
Waktu
dan Tempat Praktikum
Praktikum
bagian-bagian daun ini dilaksanakan pada hari Senin, 3 November 2014 pukul
10.30 WIB–12.10 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Raden Fatah Palembang.
B.
Alat
dan Bahan Praktikum
a.
Alat
Praktikum
a.
Lup.
b.
Mikroskop binokuler.
c.
Pensil warna.
d.
Mistar.
e.
Buku gambar.
b.
Bahan
Praktikum
a.
Daun bambu (Bambusa sp).
b.
Daun jagung (Zea mays
L).
c.
Daun cemara kipas (Casuarinas aquisetifolia).
d.
Daun bawang (Alium vitucolum).
e.
Daun kelapa (Cocos nucifera).
f.
Talas pelangi (Cucus sp).
g.
Solanum
lycopersicum (daun terong).
h.
Hibiscus
rosa-sinensis
(daun bunga sepatu).
i.
Telor kodok.
j.
Eforbia (Eusorbia sp).
`
C.
Cara
Kerja
a.
Mula-mula daun bambu,
jagung, cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, talas pelangi, Solanum
lycopersicum, Rosa sinensis, telor
kodok, dan eforbia kita amati terlebih dahulu. Lalu kita dibandingkan
bagian-bagian dari semua jenis daun tersebut.
b.
Setelah itu kita gambar
daun-daun tersebut dan menunjukan bagian vagina,
pteiolus, dan lamina.
BAB
IV
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Pengamatan
No.
|
Gambar Hasil
Praktikum
|
Keterangan
|
1
|
Daun Cemara Kipas (Casuarina aquisetifolia)
|
1. Apeks
(ujung daun)
2. Helaian
(lamina)
3. Tangkai
(petiolus)
|
2
|
Daun Kelapa (Cocos nucifera)
|
1. Apeks
(ujung daun)
2. Pelepah
(vagina)
|
3
|
Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
|
1. Tangkai
(petiolus)
2. Helaian
(lamina)
3. Apeks
(ujung daun)
|
4
|
Eforbia (Eusorbia sp)
|
1. Apeks
(ujung daun)
2. Tangkai
(petiolus)
3. Helaian
(lamina)
|
5
|
Daun terong (Solanum lycopersicum)
|
1. Helaian
(lamina)
2. Apeks
(ujung daun)
3. Tangkai
(petiolus)
|
6
|
Daun jagung (Zea mays L)
|
1. Apeks
(ujung daun)
2. Helaian
(lamina)
3. Pelepah
(vagina)
|
7
|
Daun Bambu (Bambusa sp)
|
1. Pelepah
(vagina)
2. Tangkai
(petiolus)
|
8
|
Daun Bawang (Allium vitucolum)
|
1. Helaian
(lamina)
2. Pelepah
(vagina)
|
9
|
Daun Talas Pelangi (Caladium sp)
|
1. Tangkai
(petiolus)
2. Tulang
daun (nervatio)
3. Helaian
(lamina)
|
B.
Pembahasan
Berdasarkan
tabel hasil pengamatan dapat diketahui bahwa, daun yang digunakan sebagai bahan
dalam praktikum Bagian-bagian daun (Folium)
ini menggunakan beberapa jenis daun yang dapat digolongkan mana daun tunggal (Folium simplex) dan daun majemuk (Folium compositum). Dari beberapa jenis
daun tersebut dapat diketahui bahwa daun majemuk, antara lain : Daun cemara
kipas (Casuarina aquisetifolia), daun
kelapa (Cocos nucifera) dan daun bambu (Bambusa
sp). Sedangkan daun tunggal, antara lain : daun bunga sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia
sp), daun terong (Solanum lycopersicum),
daun jagung (Zea mays L), daun bawang (Amilum
vitucolum) dan daun talas pelangi (Caladium
sp).
Pada
daun cemara kipas (Casuarina
aquisetifolia) memiliki bangun 120 : 5 cm, kelengkapan bertangkai, ujung
daun runcing, tepinya bertoreh, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau
kekuningan, daging daun bertulang, permukaannya bersisik, jumlahnya adalah
majemuk dan pertulangan menjari. Pada daun kelapa (Cocos nucifera), memiliki
bangun 40 : 2 cm (lanset), kelengkapannya berupih, ujung daunnya meruncing,
tepi daunnya rata, pangkal daunnya romping, warna daunnya hijau tua, daging
daunnya perkamen, permukaannya licin, jumlah daunnya majemuk dan pertulangan
sejajar. Pada daun bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), mempunyai bangun
daun 6 : 3 cm (jorong), kelengkapan bertangkai, ujung daunnya meruncing,
tepinya bertoreh, pangkal daunnya membulat, warna daunnya hijau muda, daging
daunnya tipis seperti kertas, permukaannya licin, jumlah daunnya tunggal, dan
pertulangannya menjari.
Pada
daun eforbia (Eusorbia sp), mempunyai
bangun 13 : 5 cm (memanjang), kelengkapan bertangkai, ujung daunnya membulat,
tepinya rata, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau tua, daging daunnya
berdaging, permukaannya licin, jumlahnya tunggal dan pertulangannya sejajar.
Pada daun terong (Solanum lycopersicum), mempunyai bangun 12 : 8
cm (jorong), kelengkapannya bertangkai, ujung daunnya meruncing, tepinya
bertoreh, pangkal daunnya tumpul, warna daunnya hijau tua, daging daunnya tipis
seperti kertas, permukaannya berbulu kasar, jumlah daunnya tunggal dan
pertulangannya menyirip. Pada daun jagung (Zea
mays L), mempunyai bangun 24 : 1 cm
(lanset), kelengkapan berupih, ujung daunnya runcing, tepinya rata, pangkal
daunnya rompang, warna daunnya hijau tua, daging daunnya perkamen, permukaannya
gundul, jumlahnya tunggal dan pertulangan sejajar.
Pada
daun bambu (Bambusa sp), bangunnya
8,5 : 1 (lanset), kelengkapan bertangkai, ujung daunnya runcing, tepinya rata,
pangkal daunnya membulat, warna daunnya hijau tua, permukaannya berbulu, daging
daunnya tipis seperti kertas, jumlah daunnya majemuk dan pertulangannya
sejajar. Pada daun bawang merah (Alium
vitucolum), mempunyai bangun 30 : 2
cm (lanset), kelengkapannya berupih, ujung daunnya runcing, tepinya rata,
pangkal daunnya kerompang, permukaannya hijau kekuningan, daging daunnya tipis
seperti selaput, permukaannya licin, jumlah daunnya tunggal dan pertulangannya
sejajar. Dan yang terakhir adalah daun talas pelangi (Caladium sp) , mempunyai bangun 18 : 9 cm (perisai), ini merupakan
daun lengkap, ujung daunnya meruncing, tepinya rata, pangkal daunnya berukuk,
warna daunnya merah berbintik putih bertepi hijau, daging daunnya tebal berair,
permukaannya licin, jumlah daunnya tunggal dan pertulangannya sejajar.
Menurut
Tjitrosoepomo (1985), daun merupakan suatu bagian tumbuhan yang penting dan
pada umumnya tiap tumbuhan mempunyai sejumlah besar daun. Alat ini hanya
terdapat pada batang saja dan tidak pernah terdapat pada bagian lain pada tubuh
tumbuhan. Bagian batang tempat duduknya atau melekatnya daun dinamakan
buku-buku (nodus) batang, dan tempat
di atas daun yang merupakan sudut antara batang dan daun dinamakan ketiak daun
(axilla). Daun biasanya tipis
melebar, kaya akan suatu zat warna hijau yang dinamakan klorofil. Oleh karena
itu, daun biasanya berwarna hijau dan menyebabkan tumbuhan atau daerah-daerah
yang ditempati tumbuh-tumbuhan nampak hijau pula. Bagian tubuh tumbuhan ini
mempunyai umur yang terbatas, akhirnya akan runtuh dan meninggalkan bekas pada
batang.
Daun lengkap mempunyai
bagian-bagian berikut (Rosanti, 2011):
1.
Upih daun atau pelepah
daun (vagina).
Daun yang berupih
umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong dalam tumbuhan yang
berbiji tunggal (Monocotyledonae)
saja, suku rumput (Gramineae), suku
empon-empon (Zingiberaceae), pisang (Musa sapientum
L), golongan palma (Palmae), dan
lain-lain. Upih daun selain merupakan bagian daun yang melekat atau memeluk
batang juga mempunyai fungsi lain, sebagai pelindung kuncup yang masih muda,
seperti pada tanaman tebu (Saccharum officinarum L) dan memberi kekuatan pada
batang tanaman.
2.
Tangkai daun (petiolus).
Tangkai daun merupakan
bagian daun yang mendukung helaiannnya dan bertugas untuk menempatkan helaian
daun tadi pada posisi sedekimian rupa, hingga dapat memperoleh cahaya matahari
yang sebanyak-banyaknya. Bentuk dan ukuran tangkai daun amat berbeda-beda
menurut jenisnya tumbuhan, bahkan pasa satu tumbuhan ukuran dan bentuknya dapat
berbeda.
3.
Helaian daun (lamina).
Tumbuhan yang demikian
banyak macam dan ragamnya itu mempunyai daun yang helainnya berbeda-beda pula,
baik mengenai bentuk, ukuran, maupun warnanya. Tidak mudah untuk menemukan dua
jenis tumbuh-tumbuhan yang helaian daunnya persis dama bentuk dan warnanya. Oleh
sebab itu, walaupun tidak besar nilainya terutana dalam hal yang meragukan,
sering orang membandingkan bentuk helaian daun untuk memperoleh kepastian
mengenai jenis tumbuhan yang dihadapi untuk dikenal (Tjitrosoepomo, 1985). Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, hanya
ada satu daun yang memiliki kelengkapan yaitu daun talas pelangi (Caladium sp), karena daun ini mempunyai
upih daun atau pelepah daun (vagina),
tangkai daun (petiolus) dan helaian
daun (lamina).
Sedangkan daun yang
lainnya adalah daun yang tidak lengkap karena (Rosanti, 2011):
a.
Hanya terdiri atas
tangkai dan helaian saja: lazimnya lalu disebut daun bertangkai. Susunan daun
yang demikian itulah yang paling banyak kita temukan. Sebagian besar tumbuhan
mempunyai daun yang demikian tadi, misalnya : nangka (Artocarpus integra Merr), mangga (Mangifera indica L), dan lain-lain.
Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat dikatakan daun
bertangkai adalah : daun cemara kipas (Casuarina
aquisetifolia), daun bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum lycopersicum) dan daun bambu (Bambusa
sp).
b.
Daun terdiri atas upih
dan helaian daun yang demikian ini
disebut daun berupih atau daun berpelepah seperti lazim kita dapati pada
tumbuhan yang tergolong suku tumput, misalnya : pada (Oryza sativa L), jagung (Zea
mays L) dan lain-lain. Pada hasil pengamatan yang telah dilakukan, dapat
dikatan daun berupih atau daun berpelepah adalah : daun kelapa (Cocos nucifera), daun jagung (Zea
mays L) dan daun bawang (Alium vitucolum).
c.
Daun hanya terdiri atas
helaian saja, tanpa upih dan tangkai, sehingga helaian langsung melekat atau
duduk pada batang. Daun yang demikian susunannya dinamakan daun duduk (sessilis) seperti dapat kita lihat pada
buduri (Calptropis gigantean R.Br).
daun yang hanya terdiri atas helaian daun saja dapat mempunyai pangkal yang
demikian lebarnya, hingga pangkal daun tadi seakan-akan melingkari batang atau
memeluk batang. Oleh sebab itu juga dinamakan daun memeluk batang, (amplexicaulis) seperti terdapat pada
tempuyung (Sorichus oleraceus L).
bagian samping pangkal daun yang memeluk batang itu seringkali bangunnya
membulat dan disebut telinga daun.
d.
Daun hanya terdiri atas
tangkai saja, dan dalam hal ini tangkai tadi biasanya lalau menjadi pipih
sehingga menyerupai helaian daun. Jadi merupakan suatu helaian daun semu atau
palsu, dinamakan : filodia, seperti
terdapat pada berbagai jenis pohon Aracia yang berasal dari Australia, misalnya
: Acacia auriculiformis A. Cunn (Tjitrosoepomo, 1985.)
Daun
lengkap dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah hanya daun talas
pelangi (Caladium sp). Daun
bertangkai dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah :
a.
Daun cemara kipas (Casuarina aquisetifolia).
b.
Daun bunga sepatu (Hibiscus rosa sinensis).
c.
Daun eforbia (Eusorbia sp).
d.
Daun terong (Solanum lycopersicum).
e.
Daun bambu (Bambusa sp).
Sedangkan, daun berupih
dari hasil praktikum yang telah dilakukan adalah :
a.
Daun kelapa (Cocos nucifera).
b.
Daun jagung (Zea mays
L).
c.
Daun bawang merah (Alium vitucolum).
Menurut Rosanti (2012),
daging daun merupakan isi dari daun. Bila dilihat secara mikroksopik daun
terdiri dari sel-sel yang membentuk berbagai jarignan. Sel dan jaringan ini
yang merupakan isi dari daun, yang dibatasi oleh permukaan atas dan bawah daun.
Daging daun berbeda-beda, ada yang berdaging tebal dan ada yang bedaging tipis.
Karena itulah daging daun dapat dibedakan menjadi :
1.
Tipis seperti selaput (membranaceus). Daging daun jenis ini
mudah sekalo robek Karena berbentuk seperti sayap capung. Pada hasil pengamatan
adalah : daun bawang merah (Alium
vitucolum).
2.
Tipis seperti kertas (papyraceus). Daging daun seperti ini
umum dijempai pada kebanyakan tumbuhan. Pada hasil pengamatan adalah : daun
bunga sepatu (Rosa sinensis), daun
terong (Solanum lycopersicum), dan daun bambu (Bambusa
sp).
3.
Tipis lunak (herbaceous). Daun yang memiliki daging
tipis lunak biasanya helaian daun banyak mengandung air.
4.
Kaku (perkamenteus). Daing daun yang kaku
umumnya dimiliki oleh daun berbangun pita, sehingga daun bisa digulung dan
dibentuk apapun. Pada hasil pengamatan adalah : daun jagung (Zea mays
L) dan daun kepala (Cocos nucifera).
5.
Seperti kulit (coriaceus). Daging daun seperti kulit cukup
tebal, kaku dan keras tetapi tidak berair.
6.
Berdaging (carnosus). Struktur daging buah ini
sangat tebal dan mengandung air, misalnya pada lidah buaya, cocor bebek,
amarilis dan sebagainya. Pada hasil pengamatan adalah : eforbia (Eusorbia sp) dan daun talas pelangi (Caladium sp).
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Berdasarkan
praktikum yang telah dilakukan, dengan judul praktikum Bagian-bagian Daun dapat
disimpulkan bahwa :
1.
Daun memiliki tiga
struktur pokok, yaitu : pelepah (vagina),
tangkai (petiolus) dan helaian (lamina).
2.
Daun lengkap adalah daun
talas pelangi (Caladium sp).
3.
Daun bertangkai dari
hasil praktikum yang telah dilakukan adalah:
daun cemara kipas (Casuarina
aquisetifolia), daun bunga sepatu (Hibiscus
rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum lycopersicum), dan daun bambu (Bambusa
sp).
4.
Daun berupih dari hasil
praktikum yang telah dilakukan adalah: daun kelapa (Cocos nucifera), daun
jagung (Zea mays L), dan daun bawang merah (Alium
vitucolum).
5.
Daun tunggal adalah
daun talas pelangi (Caladium sp), bunga
sepatu (Hibiscus rosa-sinensis), daun eforbia (Eusorbia sp), daun terong (Solanum lycopersicum), daun jagung (Zea
mays L), dan daun bawang merah (Alium vitucolum).
6.
Daun majemuk adalah daun
bambu (Bambusa sp), daun kelapa (Cocos nucifera), dan daun
cemara kipas (Casuarina aquisetifolia).
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, Estiti B.
1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung
: ITB.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan.
Yogyakarta : KANISIUS (Anggota IKAPI)
Rosanti, Dewi. 2011. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Suradinata, Tatang S.
1998. Struktur Tumbuhan. Bandung : Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Gadjah Mada University Press.
Warnita,
dkk. 2012. Bahan Ajar Botani. Website : http://faperta.unand.ac.id/ deposit/
BahanAjarBotani.pdf. Diakses Sabtu, 8 November 2014 pukul
14 . 41 WIB.
Lampiran
Gambar
1. Daun Cemara Kipas (Casuarina
aquisetifolia)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
Gambar
2. Daun Kelapa (Cocos nucifera)
(Sumber : Doc.
Permata, 2014)
Gambar
3. Daun Bunga Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
Gambar
4. Eforbia (Eusorbia sp)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
Gambar
5. Daun terong (Solanum lycopersicum)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
Gambar
6. Daun Jagung (Zea mays L)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
Gambar
7. Daun bambu (Bambusa sp)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
Gambar
8. Daun Bawang Merah (Alium vitucolum)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
Gambar
9. Daun Talas Pelangi (Caladium sp)
(Sumber
: Doc. Permata, 2014)
kalo bisa kakak setarakan dengan gambarnya..
BalasHapus