Kamis, 28 April 2016

Laporan Praktikum Morfologi Tumbuhan Batang

LAPORAN PRAKTIKUM II
MENGAMATI BEBERAPA SIFAT UMUM BATANG (CAULIS)











Oleh :
Ending Permata (13222035)



Dosen Pembimbing :
Riri Novita Sunarti, M. Si.








PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN FATAH
PALEMBANG
2014


BAB I
PENDAHULUAN

A.           Latar Belakang
Batang bagi tumbuhan merupakan salah satu organ yang sangat penting, terutama bagi tumbuhan yang tumbuh di darat dan sering disebut dengan tumbuhan darat. Batang berfungsi sebagai penunjang tumbuh tubuh tumbuhan untuk tetap berdiri tegak dan melakukan aktivitasnya sebagai mana mestinya karena proses pengambilan makanan yang diperlukan tumbuhan salah satunya melalui batang.
Batang mempunyai nama ilmiah caulis. Struktur ini merupakan struktur pokok tumbuhan yang tidak kalah penting dari daun. Batang berfungsi memperkokoh berdirinya tumbuhan, selain fungsi lainnya sebagai jalur transportasi air dan unsure hara tumbuhan, dari akar ke daun. Sifat-sifat umum batang yang dapat dikatakan sebagai karakteristik, antara lain adalah tumbuh selalu ke atas daun dan menjauhi pusat bumi. Istilah ini dikenal sebagai fototrofi positif dan geotrofi negatif. Selain itu, batang biasanya berwarna coklat. Batang memiliki bentuk yang beragam, walaupun pada umumnya berbentuk bulat (Rosanti, 2011).
Pada batang terdapat buku-buku yang dikenal dengan nama ilmiah nodus. Pada buku inilah daun melekat. Jarak antara dua buku dinamakan ruas. Ruas dikenal dengan nama ilmiah internodus. Pada tumbuhan monokotil, biasanya buku-buku batang terlihat dengan jelas, seperti pada batang tebu, jagung, dan rumput-rumputan. Sedangkan pada tumbuhan dikotil, buku-buku batang kadang-kadang tidak terlihat, tetapi hanya berupa tonjolan-tonjolan, tempat tangkai daun melekat, sehingga bila tangkai daun lepas, akan meninggalkan bekas pada batang. Batang merupakan organ tumbuhan yang tak kalah penting dengan akar dan daun. Kedudukan batang bagi tumbuhan dapat disamakan denga rangka pada manusia dan hewan. Dengan kata lain, batang merupakan sumbu tubuh tumbuhan. Batang mempunyai fungsi utama sebagai jalur transportasi air dan zat-zat hara dari akar ke daun dan sebaliknya. Selain itu, batang mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu daun, bunga, dan buah. Melalui percabangannya, batang dapat memperluas bidang asimilaasi. Pada beberapa tumbuhan, batang berfungsi sebagai tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan. Pada umumnya batang tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek. Misalnya rumput dan waktu batang masih muda. Batang selalu bertambah panjang ujungnya. Pertumbuhan batang ditandai dengan adanya percabangan. Karena batang memiliki struktur yang cukup kompleks, dalam mengamati batang suatu tumbuhan, ada beberapa hal penting yang menjadi fokus pengamatan, misalnya bentuk, cabang-cabang, arah tumbuhan dan sebagainya (Rosanti, 2011).
Dalam praktikum ini tentu banyak sekali manfaatnya bagi praktikan diantaranya adalah dapat menbedakan dapat mengetahui fungsi batang bagi tumbuhan, bagian-bagian batang sifat-sifat batang, jenis-jenis batang, bentuk batang, arah tumbuh batang dan percabangan batang dari bahan yang diamati yaitu batang jati muda dan jati tua (Tectona grandis L) serta batang tebu tua dan tebu muda (Saccharum officinarum L).

B.            Tujuan
Adapun tujuan dari pembuatan laporan praktikum yang telah dilakukan ini adalah :
1.             Mengenal dan memahami beberapa sifat umum batang.
2.             Mngetahui jenis-jenis batang.
3.             Mengetahui struktur dan morfologi batang.



BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A.           Pengertian Batang.
Menurut Tjitrosoepomo (1985), batang merupakan bagian tubuh tumbuhan yang amat penting, dan mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan, batang dapat disamakan dengan sumbu tubuh tumbuhan.
1.             Sifat-sifat Batang.
Pada umumnya batang mempunyai sifat-sifat berikut (Tjitrosoepomo, 1985):
a.             Umumnya berbentuk panjang bulat seperti silinder atau dapat pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf artinya dapat dengan sejumlah bidang dibagi menjadi dua bagian yang setangkup.
b.             Terdiri atas ruas-ruas yang masing-masing dibatasi oleh buku-buku dan pada buku-buku inilah terdapat daun.
c.             Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya atau matahari (bersifat fototrof atau heliotrop).
d.            Selalu bertambah panjang di ujungnya. Oleh sebab itu, sering dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
e.             Mengadakan percabangan dan selama hidupnya tumbuhan tidak digugurkan, kecuali kadang-kadang cabang atau ranting yang kecil.
f.              Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.

2.             Fungsi dan Tugas Batang.
Sebagai bagian tubuh tumbuhan, batang juga mempunyai tugas untuk (Tjitrosoepomo, 1985):
a.             Mendukung bagian-bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu : daun, bunga dan buah.
b.             Dengan percabangannya memperluas bidang asimilasi dan menempatkan bagian-bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan tumbuhan bagian-bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.
c.             Jalan pengangkutan air dan zat-zat makanan dari bawah ke atas dan jalan pengangkutan hasil-hasil asimilasi dari atas ke bawah.
d.            Menjadi tempat penimbunan zat-zat makanan cadangan.

B.            Jenis-jenis Batang.
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan ada di antaranya yang jelas kelihatan batangnya, tetapi ada pula yang tampaknya tidak berbatang. Oleh sebab itu kita membedakan (Tjitrosoepomo, 1985):
a.              Tumbuhan yang tidak berbatang (planta acaulis). Tumbuh-tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada hanya tampaknya saja tidak ada. Hal itu disebbakan karena batang amat pendek, sehingga semua daunnya seakan-akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun rapat satu sama lain merupakan suatu roset (rosula), seperti misalnya lobak (Raphanus sativus L), sawi (Brassica juncea L). Tumbuhan semacam ini akan memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga. Dari tengah-tengah roset daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang jarang-jarang, bercabang-cabang dan mendukung bunga-bunganya.
b.             Tumbuhan yang jelas berbatang.
Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut :
1.             Batang basah (herbaceus), yaitu batang yang lunak dan berair, misalnya pada bayam (Amaranthus spinosus L), krokot (Portulaca oleracea L).

Gambar 1. Batang basah pada bayam (Amaranthus spinosus L)
(Sumber : Kurniawati, 2013)

2.             Batang berkayu (lignosus), yaitu batang yang disusun oleh jaringan linin. Batang berkayu dmiliki oleh tumbuh-tumbuhan yang berkelas dikotil (Rosanti, 2011). Batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas kayu, yang terdapat pada pohon-pohon (arbores) dan semak-semak (frutices) apda umumnya.
Gambar 2. Batang berkayu
(Sumber : Kurniawati, 2013)

Semak adalah tumbuhan yang tidak begitu tinggi, dengan tumbuhan cabang yang dekat dengan permukaan tanah. Diameter batang tidak dapat membesar. Tingkat pertumbuhan semak disebut tiang. Kadang-kadang semak dianggap sebagai perawatan (habitus) tumbuhan. Tumbuhan yang tergolong semak antara lain : kaca piring (Gardenia augusta), alamanda (Allamanda cathartica), sidaguri (Sida rhombifolia), beluntas (Pluchea indical/ Baccharis indica), bandotan (Agratum sonyzoides), putri malu (Mimosa pudica), dan sebagainya (Rosianti, 2011).
Pohon adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari permukaan tanah, sedang semak adalah tumbuhan yang tak seberapa besar, batang berkayu, bercabang-cabang dekat permukaan tanah atau malahan dalam tanah. Contoh pohon : mangga (Mangifera indica L), semak : sidaguri (Sidarhombifolia L).
3.             Batang rumput (calmus), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas-ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi (Oryza sativa L), dan rumput (Gramineae) pada umunya.
Gambar 3. Batang rumput pada jagung (Zea mays L)
(Sumber : Kurniawati, 2013)

4.             Batang mendong (calamus), seperti batang rumput, tetapi mempunyai ruas-ruas yang lebih panjang. Misalnya pada mending (Fimbristylis globulosa Kunth), wlingi (Scirpus grassus L) dan tumbuhan seabngsa teki (Cryperaceae) lainnya (Tjitrosoepomo, 1983).
Gambar 4. Contoh batang merondong pada Cyperus sp
 (Sumber : Rosanti, 2011)


C.           Struktur  Batang.
Sebagian besar tumbuhan memiliki batang yang jelas. Namun demikian, beberapa tumbuhan tidak memiliki batan yang jelas. Oleh karena itu, tumbuhan dibedakan menjadi tumbuhan yang berbatang (planta caulis) dan tumbuhan tidak berbatang (planta acaulis). Tumbuh-tumbuhan yang dikategorikan planta acualis pada dasarnya memiliki batang, namun tidak tampak jelas terlihat. Karena biasanya batang memiliki sifat yang tumbuh tegak, mempunyai ruas dan buku, pada batang yang bersifat roset akar, batang merupakan struktur yang pendek. Keadaan ini menyebabkan daun-daun yang duduk pada batang tersusun sangat rapat, seakan-akan keluar dari bagian atas akar (Rosianti, 2011).
1.             Ciri Umum Pada Struktur Batang.
Tumbuhan  yang tergolong planta acaulis dapat ditemukan pada lobak (Raphanus sativus), jenis-jenis lidah mertua (Sanseveria sp), lidah buaya (Aloe vera), sawi putih (Brassaca chinensis), kubis (Brassica oleracea), serta tumbuhan dari familia Brassicaceae lainnya. Contoh planta acaulis adalah sebagai berikut :
Gambar 5. Beberapa contoh planta acaulis
(Sumber : Rosanti, 2011)

Batang akan terlihat dengan jelas pada saat berbunga. Bila tumbuhan memasuki tahap pembungaan, dari tengah-tengah roset tempat berkumpulnya daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun-daun yang tersusun jarang dan mendukung bunga-bunganya. Pada tumbuhan yang memili umbi batang atau rimpang, pelepah daun akan tumbuh berimpitan saling melekat. Pelepah daun yang berdekatan ini  terlihat seperti batang. Struktur seperti ini disebut dengan batang semu, misalnya pada pisang (Musa paradisaca) dan jenis-jenis Zingiberaceae. Contoh batang semu dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 6. Batang semu pada Musa paradisiacal
(Sumber : Rosanti, 2011)

Batang bermacam-macam dari yang lunak seperti spons, atau yang bertangkai getas pada tumbuhan air, sampai kepada batang pohon yang menjulang tinggi mencapai 90 meter. Di bagian dalam jaringan batang juga sangat bervariasi, baik secara macamnya maupun penataan sel-sel yang menyusunnya, tetapi juga memiliki banyak ciri yang sama. Penelaahan mengenai jaringan batang bagian dalam dapat dimulai dengan memeriksa jaringan ranting tumbuhan dikotil berkayu. Batang seperti itu, dalam penampang melintang memperlihatkan susunan khas pada floem dan xilem dalam bentuk silinder yang mengelilingi enpulur pusat. Susunan jaringan yang umum ini di dapati dalam batang-batang conifer dan tumbuhan bunga kecuali pada monokotiledon (Tjitrosomo, 1983).
Batang primer berkembang dari protoderm, prokambium dan meristem dasar. Susunan dan struktur jaringan primer batang adalah sebagi berikut (Tjitrosomo, 1983):
a.             Epidermis.
Epidermis biasanya terdiri dari satu lapisan sel yang memiliki mulut daun (stomata) dan rambut (trikomata). Sel epidermis adalah sel hidup dan mampu bermitosis. Hal itu penting dalam upaya memperluas permukaan apabila terjadi tekanan dari dalam akibat pertumbuhan sekunder. Respons sel epidermis terhadap tekanan itu adalah dengan melebar tangesial dan membelah antiklinal (Hidayat, 1995).
Batang dikelilingi epidermis. Diantara sel epidermis ada yang berubah menjadi sel penutup, idioblas, dan berbagai tipe trikoma. Di sebelah dalam epidermis terdapat korteks yang terdiri atas berbagai tipe sel. Korteks yang paling sederhana seluruhnya terdiri atas sel parenkim berdinding tipis. Pada Pelargonium, Retama dan Salicornia, parenkim berfungsi untuk fotosintesis dan sebagai penyimpah tepung dan metabolit lain. Daerah luar korteks yang berbatasan dengan epidermis terdiri atas kolenkim atau serabut. Korteks batang ini dapat juga berisi sklereida, sel sekretori dan latisfer (Mulyani, 2006).


b.             Korteks dan Empulur.
Korteks adalah kawasan di antara epidermis dan sel silinder pembuluh paling luar. Korteks batang biasanya terdiri dari parenkim yang dapat berisi kloroplas. Di tepi luar sering terdapat kolenkim atau sklerenkim. Batas antara korteks dan daerah jaringan pembuluh seirng tak jelas karena tidak asa endodermis. Pada batang muda jarak (Ricinus communis), misalnya lapisan sel korteks terdalam dapat berisi pati dan disebut seludang pati. Namun, beberapa dikotil membentuk pita caspary pada sel lapisan korteks paling dalam dan beberapa tumbuhan paku menunjukkan endodermis yang jelas. Tak ada ruang antarsel di antarsel endodermis. Pada pita caspary, suberin yang bersifat hidrofob menembus dinding primer dan tak hanya melekat saja. Meskipun dari segi morfologi tak terlihat endodermis, telah dibuktikan bahwa lapisan korteks terdalam memiliki sifat kimiawi dan fisiologi yang serupa dengan endodermis. Jadi, ada batas fisiologi antara korteks dan daerah silinder jaringan pembuluh (Hidayat, 1995).
Empulur dan korteks, sebagian besar terdiri dari sel-sel parenkim. Pada ranting, cabang berkayu muda dan batang bawah tanah perensial herba, jaringan ini menyimpan banyak sekali makanan. Bagian terluar korteks ranting dan batang herba sering kali terdiri dari klorenkima, yang memberikan warna hijau pada batang. Lapisan gabus yang ada dalam tumbuhan berkayu maupun tumbuhan herba, efektif dalam mengurangi kehilangan air dari jaringan-jaringan bagian dalam. Lapisan gabus ini dihasilkan oleh aktivitas kambium gabus. Di sisi luar batang muda terdapat lapisan epidermis yang biasanya hanya terdiri dari satu lapisan sel (Tjitrosomo, 1983).
Menurut Mulyani (2006), ada berbagai jenis tipe berkas pengakut, yaitu :

1)             Kolateral.
Tipe kolateral dibedakan menjadi kolateral tertutup dan terbuka. Disebut kolateral tertutup apabila di antara xilem dan floem tidak terdapat kambium, tetapi terdapat parenkim penghubung. Tipe ini biasa terdapat dalam batang Monocotyledoneae. Pada kolateral terbuka, di antara xilem dan floem terdapat kambium yang bersifat dipleuris. Tipe ini biasanya terdapat pada batang Dicotyledoneae.
2)             Bikolateral.
Berkas pengangkut tipe bikolateral terdiri atas satu bgian xilem di tengah serta satu bagian floem di sebelah luar dan satu bagian di sebelah dalam. Antara xilem dan floem luar terdapat kambium, dan antara xilem dan floem dalam terdapat parenkim penghubung.
3)             Konsentris (terpusat).
Berkas pengangkut tipe konsentris terdiri atas xilem yang dikelilingi oleh floem atau sebaliknya. Apabila xilem dikelilingi oleh floem disebut konsentris amfikribral, yang biasa terdapat pada Pteridophyta. Apabila floem dikelilingi oleh xylem disebut konsentris amfivasal, yang biasa terdapat pada Aloe arborescens, Dracaena, Cordylin dan sebagainya.
4)             Radial (menjari).
Berkas pengangkut tipe menjari terdiri atas xilem dan floem yang tersusun berselang-seling menurut arah jari-jari. Susunan pengangkut yang tersebar tidak beraturan sehingga tidak dapat dibedakan secara tegas batas antara korteks, silinder pembuluh dan empulur.
2.             Pertumbuhan pada Tumbuhan.
Pertumbuhan pada tumbuhan pembuluh meliputi (Tjitrosomo, 1983) :
1)            Pembentukan sel-sel baru.
Pembentukan sel-sel baru ini sebagian besar terdapat dalam daerah khusus yang dinamakan meristem. Sel-sel ini mempunyai nucleus yang relatif besar, serta banyak sekali sitoplasma, dan amat banyak vakuola kecil serta berdinding tipis. Menurut tempatnya dalam tumbuhan, ada dua macam meristem, yaitu : meristem apikal dan meristem lateral.
2)            Pembesaran dan modifikasi (diferensiasi) sel.
(a)           Pertumbuhan Terminal.
Pertumbuhan di ujung pucuk tumbuhan pembuluh berhubungan dengan aktivitas sel-sel meristematik di ujung batang, meliputi jaringan-jaringan di bawah primordium daun termuda. Sebagai hasil aktivitas ini, pertumbuhan dapat cepat dan tinggi batang dapat bertambah beberapa sentimeter sampai beberapa desimeter selama musin tumbuh. Pertumbuhan pucuk tersebut baik sekali diteliti secara terperinci.
(b)          Asal dan Perkembangan Daun Dikotil.
Daun terbentuk dari perkembangan sel-sel di daerah sepanjang sisi ujung pucuk. Pembelahan pertama biasanya bertempat di bawah lapisan terluar, tetapi segera sel-sel lapisan permukaan juga mulai membelah. Semua sel ini, baik yang di ujung maupun yang di bawahnya, membelah lebih cepat dibandingkan dengan sel-sel ujung lainnya dan segera membentuk proyeksi menyerupai jari atau pasak, yang pipih di bagian sisi berbekatan dengan ujung.
(c)           Jaringan Primer.
Jaringan matang sebagai hasil pembesaran dan diferensiasi sel yang berasal dari meristem apical dinamakan jaringan primer. floem, xilem, korteks, empulur dan epidermis juga jaringan primer. Sel-sel yang akan tumbuh menjadi jaringan-jaringan pembuluh primer, korteks, empulur, maupun epidermis dapat dibedakan pada tingkat perkembangan yang agak awal. Pemeriksaan irisan melintang batang dikotil dan batang conifer tepat di bawah apeks penyingkapkan suatu daerah sel berdiameter kecil tetapi kaya akan protoplasma. Zona yang terdiri dari kelompok-kelompok sel yang memanjang secara vertical ini disebut prokambium yang dipisahkan oleh sel-sel parenkima muda (masih meristematik). Sel-sel terletak di sisi luar zona ini membesar dan berkembang menjadi korteks dan epidermis. Sel yang ada di dalam zona itu ukurannya bertambah dan berkembang menjadi empulur. Xilem primer, floem primer, dan kambium berkembang dari prokambium (Tjitrosomo, 1983).
(d)          Jaringan Sekunder.
Kambium biasanya menjadi aktif sebelum jaringan primer menjadi dewasa penuh. Sel-sel kambium membelah, dan sel-sel anak membesar serta berdiferensiasi menjadi xilem di sisi bagian dalam dan menjadi floem di sisi luar. Jejari pembuluh juga dibentuk oleh kambium. Pertumbuhan ini dinamakan pertumbuhan sekunder, dan semua jaringan yang dibentuk disebur jaringan sekunder. Xilem sekunder yang dihasilkan oleh kambium terbentuk di sisi luar xilem primer, floem sekunder ditambahkan pada sisi bagian dalam floem primer. Jadi, aktivitas kambium dalam pembentukan jaringan sekunder menyebabkan peningkatan diameter batang tersebut. Kambium secara terus-menerus membentuk xilem dan floem sekunder, dari tahun ke tahun selama batang itu hidup (Hidayat, 1995).
(e)           Kambium.
Aktivitas kambium juga bertanggungn jawab terhadap pembentukan xilem pohon, dan dengan demikian terdapat pembentukan kayu dan papan yang digunakan oleh manusia. Oleh karena kambium tersebut demikian pentingnya bagi tumbuhan dan manusia, makan patutlah dipelajari secara mendalam. Sel-sel individu penyusun kambium dinamaka  inisial kambium. Dalam penampang melintang, inisial kambium berbentuk segi panjang. Jika pepagan pohon dikelupas dari pohonya sehingga kambium tersingkap (Hidayat, 1995).
Ada dua inisial  (Hidayat, 1995):
(1)          Sel yang amat memanjang dan meruncing pada kedua ujungnya, dinamakan inisial fusiform
(2)          Sel-sel yang jauh lebih kecil, berhimpun ke dalam kelompok-kelompok berbentuk lensa, dinamakan inisial jejari pembuluh.

D.           Bentuk Batang.
Bentuk batang pada umumnya bulat. Meskipun demikian, beberapa tumbuhan memiliki bentuk batang yang tidak bulat. Bentuk batang menjadi kunci dalam determinasi dan mengklasifikasi tumbuhan (Rosianti, 2011). Pada tumbuhan biji belah (Dicotyledonae) pada umumnya mempunyai batang yang di bagian bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin mengecil, jadi batangnya dapat dipandang sebagai suatu kerucut atau limas yang amat memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak. Sedangkan tumbuhan biji tunggal (Monocotyledonae) mempunyai batang yang dari pangkal sampai ke ujung boleh dikatakan tak ada perbedaan sama besarnya. Hanya pada beberapa golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi selanjutnya ke atas tetap sama, seperti terlihat pada semacam-macam palma (Palmae) (Rosianti, 2011).
Jika berbicata tentang bentuk batang biasanya yang dimaksud ialah bentuk batang pada penampang melintangnya ini dapat dibedakan bermacam-macam bentuk batang, antara lain (Rosianti, 2011):
a.              Bulat (teres), misalnya bamboo (Bambusa sp), kelapa (Cocos nucifera L).
b.             Bersegi (angularis), dalam hal ini ada kemungkinan :
1)            Bangun segitiga (triangularis), misalnya batang teki (Cyperus rontundus).
2)            Segi empat (quadangularis), misalnya batang markisah (Passiflora quadangularis L), iler (Coleus scutellarioides Benth).
c.              Pipih dan biasanya lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun pula. Batang yang bersifat demikian dinamakan :
1)            Fitokladia (phyllocladium), jika amat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada jakang (Muehlenbeckia platyclada Meissn).
2)            Kladodia (cladodium),  jika masih tumbuh terus dan mengadakan percabangan, misalnya sebangsa kaktus (Opuntia vulgaris Mill) (Tjitrosoepomo, 1983).

E.            Permukaan Batang.
Dilihat dari permukaannya batang tumbuh-tumbuhan juga memperlihatkan sifat yang bermacam-macam, yaitu  (Rosianti, 2011):
1.             Licin (laevis), misalnya batang jagung (Zea mays L).
2.             Berusuk (costatus), jika pada permukaannya terdapat rigi-rigi yang membujur, misalnya iler (Coleus scutellariodes).
3.             Beralur (sulcatus), jika pada arah membujur batang terdapat alur-alur yang jelas, misalnya pada Cereus peruvianus.
4.             Bersayap (alatus), biasanya terdapat pada batang yang bersegi, tetapi pada sudur-sudutnya terdapaat pelebaran yang tipis, misalnya pada batang gadung (Dioscorea alata) dan markisa (Passiflora quadragularis).
5.             Berambut (pilosus), seperti misalnya pada tembakau (Nicotiana tabacuim).
6.             Berduri (spinosus), misalnya pada mawar (Rosa sp).
7.             Memperlihatkan bekas-bekas daun, misalnya pada papaya (Carica papaya) dan kelapa (Cocos nucifera).
8.             Memperlihatkan bekas-bekas daun penumpu, misalnya nangka (Artocarpus integra), kluwih (Artocarpus communis), dan sebagainya.
9.             Memperlihatkan lensitel, misalnya pada sengon (Albizia stipulata).
10.         Keadaan-keadaan lain, misalnya lepasnya kerak (bagian kulit yang mati) seperti terlihat pada jambu biji (Psidium guajava) dan pohon kayu putih (Melaleuca leucadendrom).

F.            Arah Tumbuh Batang.
Menurut Rosanti (2011), walaupun batang umumnya tumbuh kea rah cahaya, menjauhi tanah dan air, tetapi arahnya dapat memperlihatkan beberapa variasi, sehingga arah tumbuh batang dibedakan menjadi :
a.              Tegak lurus (erectus), yaitu arahnya lurus ke atas. Batang tegak lurus biasanya tidak bercabang, misalnya papaya (Carica papaya L), kelapa (Cocos nucifera) dan beberapa jenis cemara. Contoh batang tegak lurus dapat dilihat pada gamabr di bawah ini :
Gambar 7. Tumbuhan dengan batang tegal lurus
 (Sumber : Rosanti, 2011)
b.             Menggantung (dependens, pendulus). Batang seperti ini hanya dimiliki oleh tumbuh-tumbuhan yang tumbuhnya di lereng-lereng atau tepi jurang, misalnya Zebrina pendula atau tumbuh-tumbuhan yang hidup di atas pohon sebagai epifit misalnya jenis anggrek (Orchidaceae) tertentu. Contoh batang menggantung ditunjukkan pada gambar di bawah ini :
Gambar 8. batang menggantung pada Zebrina pendula
 (Sumber : Rosanti, 2011)
c.              Berbaring (hemifusus). Batang ini terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja yang sedikit membengkok ke ataas, misalnya semangka (Citrullus vulagris Schrad). Kadang-kadang batang berbaring diberikan penunjang dari kayu, kawat atau besi agar bisa tumbuh ke atas. Contoh batang berbaring dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 9. Batang berbaring pada Citrillus vulgaris
(Sumber : Rosanti, 2011)
d.             Menjalar atau merayap (repens). Batang menjalar hampir mirip dengan batang berbaring. Yang membedakan terletak dari buku-bukunya yang mengeluarkan akar, sehingga dapat tumbuh menjadi tunas. Batang menjalar dapat ditemukan pada kangkung (Ipomoea crasicaulis), ubi jalar (Ipomoea batatas) dan sebagainnya.
Gambar 10. Tumbuhan dengan batang menjalar pada Ipomoea batatas dan Ipomea crassicaulis
(Sumber : Rosanti, 2011)
e.              Serong ke atas atau condong (ascendens), pangkal batang seperti hendak berbaring, tetapi bagian lainnya lalu membelok ke atas, misalnya pada kacang tanah (Arachis hypogaea). Contoh batang sorong ke atas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 11. Batang sorong pada Arachis hypogaea
(Sumber : Rosanti, 2011)
f.              Mengangguk (nutans). Batang ini tumbuh tegak lurus ke atas, tetapi ujungnya lalu membengkok kembali ke bawah seperti mengangguk. Contoh batang mengangguk dapat dilihat pada gambar bunga matahari (Helianthus annuus)di bawah ini :
Gambar 12. Batang mengangguk pada Helianthus annus
(Sumber : Rosanti, 2011)
g.             Memanjat (scandens), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang. Penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunakan alat-alat khusus untuk “berpegang” pada penunjangnya ini, misalnya dengan (Tjitrosoepomo, 1983):
a)             Alat pelekat, contohnya sirih (Piper bettle L)
b)            Akar pembelit, misalnya panili (Vanilla planifolia Andr)
c)             Cabang pembelit (sulur dahan), misalnya anggur (Vitis vinifera L)
d)            Daun membelit atau sulur daun, misalnya kembang sungsang (Gloriosa superba L)
e)             Tangkai pembelit, misalnya pada kapri (Pisum sativum L)
f)             Duri, misalnya mawar (Rosa sp), bugenvil (Bougainvillea spectabillis Willd)
g)            Duri daun, misalnya rotan (Calamus caesius Bl)
h)            Kait, misalnya gambir (Uncaria gambir Roxr)
h.             Membelit (volibillis). Jika batang naik ke atas dengan menggunakan penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak dipergunakan alat-alat yang khusus, melainnkan batangnya sendiri naik dengan melilit penunjangnya. Menurut arah melilitnya dibedakan lagi batang yang (Tjitrosoepomo, 1983):
a)             Membelit ke kiri (sinistrorsum volubillis). Jika dilihat dari atas arah belitan berlawanan dengan arah putaran jarum jam. Dapat pula dikatakan demikian, jika kita mengikuti jalannya kiri kita. Batang yang membelit ke kiri misalnya pada kembang telang (Clitoria ternatea L).
b)            Membelit ke kanan (dextrorsum volubillis). Jika arah belitan sama dengan arah gerakan jarum jam, atau jika kita mengikuti arah belitan, penunjang akan selalu di sebelah kanan kita. Batang tumbuhan yang membelit ke kanan tidak banyak ditemukan, contoh: gadung (Dioscorea hispida Dennst).
Gambar 13. Akar pembelit untuk batang memanjat pada Vanilla sp
(Sumber : Rosanti, 2011)

G.           Percabangan pada Batang.
1.             Cara Percabangan.
Pertumbuhan batang dapat dilihat dari percabangannya. Kebanyakan tumbuhan melakukan percabang, walaupun sedikit. Batang yang tidak melakukan percabang kebanyakan dari golongan tumbuhan Monocotyledoneae, misalnya jugang (Zea mays), bambu (Bambusa sp), tebu (Saccharum officinarum), kelapa (Cocos nucifera) dan sebagainya. Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga macam cara percabangan, yaitu secara monopodial, simpodial, dan menggarpu. Cara menentukan percabangan pada batang adalah dengan melihat posisi batang pokok terhadap cabang-cabangnya (Rosanti, 2011).
Cara percabangan ada bermacam-macam, biasanya dibedakan tiga macam cara percabangan, yaitu (Rosanti, 2011):
1)            Percabangan secara monopodial, jika batang pokok selalu tampak jelas. Ini disebabkan karena batang pokok lebih besar dan lebih panjang (lebih cepat pertumbuhannya) daripada cabang-cabangnya, misalnya cemara (Casuarina equisetifolia), kapus (Ceiba pentandra), durian (Durio zibethinus), pinus (Pinus merkusii) dan sebagainya. Sketsa dan contoh percabangan monopodial, dapat dilihat pada gamabr di bawah :
2)            Pada percabangan simpodial, batang pokok sukar ditentukan. Hal ini disebabkan oleh batang pokok menghentikan pertumbuhannya, sehingga pertumbuhan cabang lebih dominan. Dengan kata lain pertumbuhan batang pokok kalah cepat dibandingkan dengan pertumbuhan cabang, sehingga batang pokok hanya terlihat di bagian bawah saja, karena pada bagian atas tumbuhan sudah merupakan cabang-cabang. Percabangan simpodial dapat ditemukan pada sawo manila (Achras zapora), bugenvil (Bougenvillea spectabillis), jeruk (Citrus sp) dan sebagainya.
3)            Percabangan menggarpu atau dikotom, yaitu cara percabangan yang batang setiap kali menajdi dua cabang yang sama besarnya, misalnya paku andam (Gleichenia linearis Clarke) (Tjitrosoepomo, 1983).

2.             Jenis-jenis Percabangan.
Menurut Tjitrosoepomo (1983), cabang yang besar yang biasanya langsung kelaur dari batang pokok lazimnya disebut dahan (ramus), sedang cabang-cabang yang kecil dinamakan ranting (ramulus). Cabang-cabang pada suatu tumbuhan dapat bermacam-macam sifatnya, oleh sebab itu cabang-cabang dapat dibedakan seperti di bawah ini :
a)             Geragih (flagellum stolon), yaitu cabang-cabang kecil panjang yang tumbuh merayap, dan dari buku-bukunya ke atas keluar tunas baru dank e bawah tumbuh akar-akar. Tunas pada buku-buku ini beserta akar-akarnya masing-masing dapar terpisah merupakan suatu tumbuhan baru. Cabang yang demikian ini dibedakan lagi dalam dua macam :
(1)          Merayap di atas tanah, misalnya pada daun kaki kuda (Centella asiatica Urb) dan arbe (Fragraria vesca L).
(2)          Merayap di dalam tanah, misalnya teki (Cryperus rontundus L), kentang (Solanun tuberosum L).
b)            Wiwilan atau tunas air (virga singularis), yaitu cabang yang biasanya tumbuh cepat dengan ruas-ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang tidur atau kuncup-kuncup liar. Seringkali terdapat pada kopi (Coffea sp) dan pohon coklat (Theobroma cacao L).
c)             Sirung panjang (virga), yaitu cabang-cabang yang biasanya merupakan pendukung daun-daun, dan mempunyai ruas-ruas yang cukup panjang. Pada cabang-cabang demikian ini tidak pernah dihasilkan bunga, oleh sebab itu sering pula cabang yang mandul (steril).
d)            Sirung pendek (virgule atau virgule sucrescens), yaitu cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembanganbiakan bagi tumbuhan ini disebut pula cabang yang subur (fertil).

3.             Arah Tumbuh Cabang.
Menurut Rosanti (2011), cabang-cabang pada suatu tumbuhan biasanya membentuk sudut yang tertentu dengan batang pokoknya. Bergantung pada besar kecilnya sudut ini, maka arah tumbuh cabang menjadi berlainan. Arah tumbuh cabang dapat dibedakan menjadi :
a)             Tegak (fastigiatus).
Pertumbuhan cabang dikatakan tegak jika sudut antara batang dan cabang sangat kecil. Hal ini menyebabkan arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedikit sorong ke atas, tetapi selanjutnya hampir sejajar dengan batang pokoknya. Cabang seperti ini dapat ditemukan pada kelor (Moringa oleifera), wiwilan tumbuhan kopi (Coffea sp) dan sebagainya. Contoh percabangan tegak dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 14. Percabangan tegak pada Moriga oleifera
 (Sumber : Rosanti, 2011)

b)            Condong ke atas (patens).
Arah cabang yang seperti ini jika cabang dengan batang membentuk sudut kurang lebih 45o, misalnya pada pohon cemara (Casuarina aquisetifolia) dan sebagainya. Contoh cabang seperti ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 15. Tumbuhan dengan percabangan condong ke atas
 (Sumber : Rosanti, 2011)

c)             Mendatar (horizontalis).
Cabang mendatar, jika cabang sudut antara cabang dan batang pokok yang terbentuk kurang lebih 90o. cabang seperti ini dapat ditemukan pada tumbuhan kapuk (Ceiba pentandra), ketapang (Termimalia catappa), pulai (Alstonia sp) dan sebagainya. Contoh cabangnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 16. Tumbuhan dengan percabangan mendatar
(Sumber : Rosanti, 2011)

d)            Terkulai (declinatus).
Cabang terkulai, jika cabang pada pangkalnya mendatar atau serong, tetapi ujungnya lalu melengkung ke bawah, misalnya kopi robusta (Coffea robusta) dan flamboyant (Delonix regia). Contoh cabang terkulai dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 17. Percabangan terkulai pada Delonix regia
(Sumber : Rosanti, 2011)

e)             Bergantung (pendulus).
          Cabang bergantung, jika cabang-cabang tumbuh ke bawah, misalnya cabang-cabang tertentu pada Salix sp, glondokan (Polyanthia longifolia) dan sebagainya. Contoh cabang dapat dilihat pada gambar di bawah ini :
Gambar 18. Percabangan menggantung pada Polyanthia longifolia
(Sumber : Rosanti, 2011)


H.           Umur Batang.
Menurut Rosanti (2011), batang tumbuhan dapat menunjukan umur suatu tumbuhan. Hal ini disebabkan oleh siklus hidup tumbuhan, mulai dari berkecambah, fase vegetatif, fase generatif, dan fase maturasi.
1)             Perkecambahan merupakan fase awal tumbuhan memulai hidupnya, yang ditandai dengan munculnya daun pertama dan akar. Sejak berkecambah, tumbuhan akan mengalami pertumbuhan dengan bertambahnya jumlah daun, akar dan tegaknya batang. Fase ini dinamakan fase vegetatif.
2)             Fase generatif dimulai sejak tumbuhan mulai berbunga, lalu terjadi pernyerbukan sampai akhirnya menghasilkan buah.
3)             Buah akan mengalami kematangan. Pada saat itu tumbuhan sudah memasuki fase maturasi. Setelah fase maturasi, beberapa tumbuhan tidak lagi produktif, tetapi ada beberapa jenis yang melanjutkan siklus hidupnya sebanyak satu kali atau berkali-kali. Hal inilah yang dimaksud sebagai umur tumbuhan. Karena itulah tumbuhan seringkali dibeda-bedakan menurut panajng atau pendeknya umurnya, yang berdasarkan umur batang yaitu tumbuhan annual, biennial dan perennial.
Dalam membicarakan perihal pangkal batang yang menjadi alat untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan pada masa yang buruk, dapat diketahui bahwa batang tumbuhan mempunyai umur yang terbatas. Karena kalau batangnya mati, biasanya tumbuhannya pun mati, maka tumbuhan seringkali dibeda-bedakan menurut panjang atau pendek  umurnya, yaitu (Rosanti, 2011):
1)             Tumbuhan annual (annuus), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek, umurnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak dapat mencapai umur setahun. Dalam golongan ini termasuk bermacam-macam tanaman yang ada di dunia pertanian terkenal sebagai tananam palawija, misalnya jaung (Zea mays L), kedelai (Soya max Piper), kacang tanah (Arachis hypogaea L) dan lain-lain.
2)             Tumbuhan biennial (dua tahun) (biennis), yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru) memerlukan waktu dua tahun.
3)             Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur sampai bertahun-tahun belum juga mati, bahkan ada yang dapat mencapai umur sampai ratusan tahun. Untuk golongan pohon-pohon dan semak-semak, sifat ini ditunjukkan dengan tanda planet Saturnus, yaitu tanda 21, sedang untuk tanda terna (herba) yang berumur panjang, sifat ini ditunjukkan dengan tanda planet Jupiter, yaitu tanda X. terna yang berumur panjang biasanya mempunyai bagiannya yang di atas tanah telah mati, misalnya : empon-empon (Zingiberaceae) (Tjitrosoepomo, 1983).


4)              
BAB III
METODE PRAKTIKUM

A.           Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum ini dilaksanakan pada hari Senin 10 November 2014, pukul 10.30-12.10 WIB di Laboratorium Biologi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Raden Fatah Palembang.

B.            Alat dan Bahan Praktikum
1.             Alat Praktikum.
a.              Lup
b.             Mikroskop binokuler
c.              Pensil warna
d.             Mistar

2.             Bahan Praktikum.
a.              Batang jati muda (Tectona grandis L).
b.             Batang jati tua (Tectona grandis L).
c.              Batang tebu muda (Soccharum officanarum L).
d.             Batang tebu tua (Soccharum officanarum L).

C.           Cara Kerja
1.             Pertama-tama kita ambil batang jati yang masih muda dengan beberapa daun yang masih melekat amati sifat-sifatnya, kemudian kita buat gambarnya.
2.             Kemudian, kita beri keterangan pada gambar yang kita buat dengan menunjukan apeks pucuk, buku, ruas, daun dan tunas aksilar.
3.             Selanjutnya, kita buat potongan melintang pada batang jati tadi, kira-kira 10-20 cm di bawah apeks pucuk.
4.             Kita gambar bagan melintang dari potongan tadi dan tunjukan sifat aktinomorf batang pada bagan melintang yang telah kita buat.
5.             Buatlah penampangan membujur (memanjang) daerah apeks pucuk, amati kemudian gambarlah bagannya dan beri keterangannya dengan menunjukan bakal daun, tunas aksilar, dan meristem apeks. Gunakan lup, mikroskop binokuler untuk mempermudah pengamatan anda.
6.             Terakhir, kita lakukan hal yang sama (nomor 1-5) untuk batang jagung.



BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.           Hasil Pengamatan
Tabel 1. Hasil Gambar Pengamatan.
No
Gambar
Keterangan
1
Batang jati muda (Tectona grandis L)

1.    Buku (nodus)
2.    Ruas (internodus)
2
Batang jati tua (Tectona grandis L)








1.    Buku (nodus)
2.    Tunas aksilar
3.    Ruas (internodus)
3
Batang tebu muda (Soccharum officanarum  L)








1.      Buku (nodus)
2.      Ruas (internodus)
4
Batang tebu tua (Soccharum officanarum  L)


1.      Buku (nodus).
2.      Mata.
3.      Ruas (internodus).

Tabel 2. Perbedaan Jati Muda dan Jati Tua.
Jati Muda
Jati Tua
1.    Bentuk batang kotak/bersegi,
2.     Permukaan batang licin,
3.    Warna kulit batang hijau,
4.    Ada bulu-bulu halus,
5.    Kulit batang basah,
6.    Batang terdiri dari ruas-ruas dan buku-buku,
7.    Terdapat bekas tempat melekatnya tangkai daun pada bagian buku,
8.      Arah tumbuh keatas (erectus).

1.      Bentuk batang bulat,
2.      Permukaan batang kasar,
3.      Ada bintik-bintik lentisel,
4.      Warna kulit batang coklat muda,
5.      Tidak terdapat bulu-bulu halus lagi,
6.      Kulit batang lebih kering,
7.      Ruas batang jati tua lebih panjang daripada ruas batang jati muda,
8.      Arah tumbuh batang ke atas (erectus) dan batang berkambium dan sejati, bentuk percabangan aksilar.




Tabel 3. Perbedaan Tebu Muda dan Tebu Tua.
Tebu Muda
Tebu Tua
1.           Bentuk batang bulat,
2.           Permukaan batang licin,
3.           Macam batang calamus,
4.           Pola percabangan batang monopodial,
5.           Arah tumbuh batang tegak lurus,
6.           Warna batang hijau keputih-putihan,
7.           Memiliki buku-buku.
1.      Memiliki bekas pembuluh,
2.      Memiliki cincin tumbuh
3.      Memiliki mata akar,
4.      Ada bekas pangkal pelepah daun
5.      Memiliki cincin lilin,
6.      Meretak-reteakkan gabus,
7.      Bentuk batang bulat,
8.      Permukaan batang memperlihatkan bekas dari melepaskan kerak,
9.      Arah tumbuh tegak lurus,
10.  Macam batang calamus,
11.  Pola percabangan monopodial,
12.  Warna batang ungu.
                                        
Tabel 4. Perbedaan Batang Jati dan Batang Tebu.
Batang Jati
Batang Tebu
1.           Termasuk batang monopodial tetapi memiliki percabangan dikotomi.
2.           Memiliki tipe pertunasan aksilaris.
3.           batang berkambium sehingga kokoh dan umur hidupnya cukup lama.
4.           Batang jati muda berbentuk bersegi/kotak.
5.           Ada bulu-bulu halus pada batang jati muda
1.    Memiliki tipe batang monopodial hingga ujung.
2.    Memiliki tipe pertunasan terminal.
3.    termasuk batang yang tidak berkambium sehingga tidak terlalu kokoh dan umurnya relatif singkat yakni hanya 3 bulan,
4.    Batang tebu muda yang bentuk batangnya silindris, akan tetapi ketika setelah tua kedua batang tersebut sama-sama berbentuk silindris.
5.    Tidak ada bulu-bulu pada batang jati muda.

B.            Pembahasan.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan didapatkan bahwa : pada batang jati muda (Tectona grandis L), memiliki bentuk batang persegi, permukaan batang berambut halus, arah tumbuhnya tegak lurus, ini adalah macam batang lignosus, pola percabangannya adalah simpodial dan warna batangnnya adalah hijau. Pada batang jati tua (Tectona grandis L), memiliki bentuk batang yang bulat, permukaannya memperlihatkan bekas daun dan melepaskan kerak, arah tumbuhnya tegak lurus, ini adalah macam batang lignosus, pola percabangannya adalah simpodial dan warna batangnnya adalah coklat. Sedangkan, pada batang tebu muda (Saccharum officinarum L), memiliki bentuk batang yang bulat, permukaan batangnya licin, ini adalah macam batang calamus, pola percabangannya adalah monopodial, arah tumbuh batangnnya adalah tegak lurus, warna batangnya adalah hijau keputih-putihan dan berbuku-buku. Pada batang tebu tua (Saccharum officinarum L), memiliki bentuk batang yang bulat, permukaan batangnya adalah memperlihatkan bekas dari melepaskannya kerak, arah tumbuh batangnya adalah tegak lurus, ini adalah macam batang calamus, pola percabangannya adalah monopodial dan warna batangnya adalah ungu.
Batang tanaman jati tua (Tectona grandis L) memiliki : bentuk batang silindris, permukaan batang kasar, ada bintik-bintik lentisel, warna kulit batang coklat muda, tidak terdapat bulu-bulu halus lagi, kulit batang lebih kering, ruas batang jati tua lebih panjang daripada ruas batang jati muda, tempat melekatnya tangkai daun masih ada, arah tumbuh batang ke atas (erectus) dan batang berkambium dan sejati, bentuk percabangan aksilar. Sedangkan, batang jati muda (Tectona grandis L) memiliki : bentuk batang kotak/bersegi, permukaan batang licin, ada bintik-bintik lentisel, warna kulit batang hijau, ada bulu-bulu halus, kulit batang basah, batang terdiri dari ruas-ruas dan buku-buku, terdapat bekas tempat melekatnya tangkai daun pada bagian buku, arah tumbuh keatas (erectus) dan bentuk percabangan dikotomi dengan bentuk pertunasan aksilar.
Dari hasil praktikum yang telah dilakukan terhadap pengamatan batang tebu tua (Saccharum officinarum L) dan tebu muda (Saccharum officinarum L) serta  jati tua (Tectona grandis L) dan jati muda (Tectona grandis L) didapatkan hasil sebagai berikut:
1.             Jati muda (Tectona grandis L), memiliki bentuk kotak/ bersegi, permukaannya yang licin, warna kulit batang hhijau, ada bulu-bulu halus, kulit batang basah, batang terdiri dari ruas-ruas dan buku-buku, terdapat bekas melekatnya tangkai daun pada bagian buku dan arah tumbuh ke atas (erectus).
2.             Jati tua (Tectona grandis L), memiliki bentuk batang bulat, permukaan batang kasar, warna kulit batang coklat muda, tidak terdapat bulu-bulu halus, ruas batang jati tua lebih panjang daripada ruas batang jati muda, arah tumbuh batang ke atas (erectus) dan batang berkambium sejati dengan bentuk percabangan aksilar.
3.             Batang tebu muda (Saccharum officinarum L), memiliki bentuk batang bulat, permukaan batang yang licin, termasuk batang calamus, pola percabangan batang monopodial, arah tumbuh batang tegak lurus, warna batang hijau keputih-putihan dan memiliki buku-buku.
4.             Batang tebu tua (Saccharum officinarum L), memiliki bekas pembuluh, memiliki cincin tumbuh, memiliki mata akar, ada bekas pangkal pelepah daun, memiliki cincin lilin, meretak-retakkan gabus, bentuk batang bulat, permukaan batang memperlihatkan bekas dari melepaskan kerak, arah tumbuh tegak lurus, termasuk batang calamus, pola percabangan monopodial dan warna batang ungu.
Ada beberapa perbedaan antara batang jati  (Tectona grandis L) dan batang tebu, yaitu, batang jati memiliki tipe batang gabungan, termasuk batang monopodial tetapi memiliki percabangan dikotomi, sedangkan batang tebu memiliki tipe batang monopodial hingga ujung. Batang jati memiliki tipe pertunasan aksilaris. Sedangkan,  batang tebu (Saccharum officinarum L) memiliki tipe pertunasan terminal, batang jati termasuk batang berkambium sehingga kokoh dan umur hidupnya cukup lama, sedangkan batang tebu termasuk batang yang tidak berkambium sehingga tidak terlalu kokoh dan umurnya relatif singkat yakni hanya 3 bulan, batang jati muda berbentuk bersegi/kotak, berbeda dengan batang tebu muda yang bentuk batangnya silindris, akan tetapi ketika setelah tua kedua batang tersebut sama-sama berbentuk silindris; dan ada bulu-bulu halus pada batang jati muda sedangkan pada batang tebu muda tidak.
Batang suatu tumbuhan dapat dengan mudah dibedakan dari bagian lain tubuh tumbuhan, karena sifat-sifat sebagai berikut (Kusdianti,2012) :
1. Batang terdiri dari ruas (internode) dan buku (buku). Buku merupakan tempat pelekatan daun, sedangkan ruas berada diantara dua buku. Ruas pada batang dapat panjang atau pendek.
2. Pada umumnya berbentuk bulat panjang (silinder). Dapat pula berbentuk segitiga atau segi empat, tetapi selalu bersifat aktinomorf (simetris banyak).
3. Arah tumbuh menuju cahaya (fototrop/heliotrop).
4. Memiliki tunas aksilar (tunas ketiak) pada setiap ketiak daun tunas ini akan tumbuh membentuk cabang. Pada Tumbuhan tak bercabang tunas aksilarnya inaktif.



BAB V
PENUTUP

A.      Kesimpulan.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulakan bahwa :
1.      Batang  jati muda (Tectona grandis L) mempunyai ruas (internodus) dan buku (nodus), bentuk batang bersegi/ kotak, permukaan batang licin, warna kulit batang hijau, tipe batang monopodial dan arah tumbuh batang (erectus).
2.      Batang jati tua (Tectona grandis L) mempunyai tunas aksilar, ruas (internodus) dan buku (nodus), bentuk batang bulat, permukaan kasar, warna kulit batang coklat muda, kulit batang lebih kering dari pada jati muda, batang monopodial  dan arah tumbuh ke atas (erectus).
3.      Batang tebu muda (Soccharum officanarum) mempunyai ruas (internodus) dan buku (nodus), bentuk batang bulat, permukaan batang licin, warna batang hijau keputih-putihan dan arah tumbuh batang (erectus).
4.      Batang jati tua (Soccharum officanarum) mempunyai mata, ruas (internodus) dan buku (nodus), bentuk batang bulat, permukaan batang memperlihatkan bekas dari melepaskan kerak daun, warna batang ungu, dan arah tumbuh batang (erectus).



DAFTAR PUSTAKA

Hidayat, Estiti B. 1995. Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung : ITB.
Mulyani, Sri. 2006. Anatomi Tumbuhan. Yogyakarta : KANISIUS (Anggota IKAPI)

Rosanti, Dewi. 2011. Morfologi Tumbuhan. Jakarta : Erlangga.
Tjitrosomo, Siti S. 1983. Botani Umum 1. Bandung :Angkasa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 1985. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : UGM Gadjah Mada University Press.

Kusdianti,2012. Batang. http://file.upi.edu /Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BI OLGI/196402261989032-R._KUSDIANTI/Handout _mortum_1.pdf. Diak ses pada hari Sabtu, tanggal 8 November 2014 pukul 14. 32 WIB.



Lampiran
Gambar 1. Batang Jati Muda (Tectona grandis L)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)













Gambar 2. Batang Jati Tua (Tectona grandis L)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)










                                                                                                  





Gambar 3. Batang Tebu Muda (Soccharum officanarum L)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)











Gambar 4. Batang Tebu Tua (Soccharum officanarum L)
(Sumber : Doc. Permata, 2014)